Hardjo Kardi, Tokoh Penganut Samin di Bojonegoro Meninggal
Tokoh penganut faham Samin, Hardjo Kardi, meninggal dunia di usia 90 tahun. Penerus ideologis ajaran Samin Surosentiko generasi ke IV ini, meninggal di rumahnya di Dusun Jepang, Desa/Kecamatan Margomulyo, Bojonegoro pada Sabtu 27 Mei 2023.
Mbah Hardjo, demikian kerap disapa, sudah menderita sakit sejak 6 bulan silam. Bapak meninggal sekitar pukul 14.00 WIB karena sakit,” ujar putranya, Bambang Sutrisno, pada Sabtu 27 Mei 2023. Almarhum Harjo Kardi meninggalkan tujuh orang anak dan belasan cucu.
Dalam catatan sejarah, Mbah Hardjo Kardi, adalah penerus ideologis generasi ke IV, pendiri dari ajaran Samin yaitu Samin Surosentiko alias Raden Kohar. Faham yang menentang zaman Belanda. Ajaran ini kemudian menyebar di Bojonegoro, Jawa Timur dan di Kabupaten Blora serta Kabupaten Pati Jawa Tengah.
Sosok Hardjo Kardi, selama ini dikenal tokoh Samin yang bijak tetapi punya ketegasan. Di lingkungannya, pria yang mengaku tidak pernah mengenyam Pendidikan formal ini, dikenal akan kepeloporannya.
Soal sekolah misalnya, Hardjo Kardi, merelakan tenaga dan juga materinya untuk pendirian sekolah dasar negeri di kampungnya di Dusun Jepang, Margomulyo. Maklum, ketika itu, anak-anak kampung di Dusun Jepang, jauh dari fasilitas pendidikan.
Sebagai catatan, Dusun Jepang berlokasi di pinggir hutan jati, dan tak jauh dari Sungai Bengawan Solo. Dusun ini, sebelum dibangun jalan permanen—kerap becek karena jalan tanah dan sulit dilewati. Lokasinya sekitar 7 kilometer dari jalan raya Bojonegoro-Ngawi. Anak-anak dari dusun ini, harus perjalanan cukup jauh untuk bersekolah.
Namun, Hardjo Kardi, punya cara. Yaitu mendukung penuh pendirian sekolah. Diantaranya dengan memberikan sejumlah bahan bangunan, kayu dan lainnya. Akhirnya berdiri Sekolah Dasar Negeri Margomulyo II berlokasi di Dusun Jepang. “Warga gotong royong ikut bangun sekolahan. Pendidikan penting untuk anak-anak di kampung Jepang,” tegasnya suatu ketika.
Polopor dan Otodidak
Harjo Kardi juga dikenal sebagai sosok yang peduli dengan masyarakatnya. Untuk belajar kesenian misalnya, Hardjo Kardi, membuatkan anak-anak dan para pemuda, peralatan gamelan (karawitan) yang sebagian dibuatnya sendiri. Pria ini punya keterampilan sebagai pandai besi (ahli membuat alat pertanian, cangkul, dll).
Sosok Hardjo Kardi, yang tidak pernah mengenyam sekolahan juga dikenal masyarakat Jepang, punya linuwih atau kelebihan. Misalnya, dari buta huruh kini sudah bisa membaca dengan belajar waktu cepat. Mbah Hardjo Kardi juga dikenal punya kecerdasan tinggi. Misalnya, pandai membuat senjata, tombak, keris, pedang dan sejenisnya. Pria ini, juga dikenal punya keahlian service elektronik, membuat peralatan karawitan dan sejenisnya.
Dari ketokohannya pula, sejumlah tokoh penting di tingkat kabupaten, Provinsi Jawa Timur, hingga tokoh-tokoh nasional datang berkunjung ke rumahnya. Seperti Bupati Bojonegoro, (alm) Moh Santoso, Bupati Suyoto, dan juga Bupati Anna Mu’awanah. Termasuk juga Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Pawaransa yang berkunjung ke rumahnya. Juga beberapa tokoh nasional berkunjung ke Dusun Jepang, Margomulyo.
Yang juga menarik, rumah Hardjo Kardi, kerap dikunjungi ketika momen tertentu. Seperti misalnya, saat akan digelar pemilihan kepala daerah tingkat kabupaten/provinsi. Juga pemilihan legislatif hingga pemilihan presiden. Rata-rata mereka datang dan meminta restu.
”Bapak itu orang yang berprasangka baik ke semua orang. Jadi tiap tamu yang datang, orang biasa atau pejabat, semua diterima,” ujar Bambang Sutrisno, putra bungsunya.