Harapan Ikatan Gus-Gus Indonesia Pada Muktamar NU 2020
Muktamar NU ke-34 segera digelar pada 2020 mendatang. Ikatan Gus Gus Indonesia (IGGI) menilai, selama dua periode memimpin, Prof Dr KH Said Aqil Siradj telah banyak menorehkan kesuksesan di berbagai bidang.
“Kiai Said berhasil meneguhkan jati diri aswaja dan kemajuan dalam bidang pendidikan dengan pendirian universitas NU di seluruh Indonesia, serta kemajuan lainnya yang membuat NU disegani dan bisa menjadi penentu serta pengayom,” kata Ketua IGGI KH Ahmad Fahrur Rozi (Gus Fahrur), dalam keterangan persnya, Jumat 6 September 2019.
Pengasuh pesantren An Nur I Bululawang, Malang ini mengatakan, seorang pemimpin yang baik juga harus mampu melahirkan pemimpin baru dengan melakukan Regenerasi yang baik. Regenerasi di tubuh organisasi bisa meneladani cara Nabi Muhammad SAW yang telah sukses melahirkan pemimpin-pemimpin hebat pasca Nabi meninggal.
“Proses kaderisasi pucuk kepemimpinan NU di masa lalu dapat menjadi contoh yang bagus , ketika Gus Dur berakhir digantikan almarhum Dr KH Hasyim Muzadi dan setelahnya dilanjutkan Prof. KH Said Agil Siradj,” ujarnya.
Ada pelajaran yang bisa dipetik ketika Gus Dur memimpin, yakni hampir tidak terlihat tokoh sekaliber Gus Dur. Seakan tidak ada yang layak menggantikannya.
“Namun ternyata tampil KH Hasyim Muzadi yang sukses memimpin NU dengan sangat baik, santun dan sejuk bahkan bisa bermain di kancah Internasional sehingga terbentuk jaringan PCINU internasional di berbagai negara dan melahirkan ICIS : International Conference of Islamic Scholar (Konfrensi sarjana Islam internasional),” kata Gus Fahrur.
Setelah dua periode menjabat ketum PBNU KH Hasyim Muzadi tidak berkenan maju kembali untuk ketiga kalinya dan tampillah Prof Dr KH Said Aqil Siradj.
“Almarhum Prof Dr KH Tholchah Hasan mengatakan waktu dua periode sudah sangat cukup untuk melakukan kaderisasi dan melahirkan pemimpin baru. IGGI mengharapkan tampil pemimpin muda NU dalam muktamar mendatang yang berkomitmen meneguhkan NU sebagai ormas Islam berfaham aswaja yang moderat, toleran, dan selalu memperkuat tiga ukhuwah, yakni ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sebangsa dan setanah air), dan ukhuwah insaniyah (persaudaraan sesama umat manusia),” kata Gus Fahrur yang juga Wakil Ketua PWNU Jawa Timur ini.
Advertisement