Happy Wahyuni, Jadi Food Stylist Karena Kecilnya Suka Andhok
Karena "milenial", beberapa pekerjaan anyar kini menjadi buah bibir. Semoga saja si milenial ini panjang umur ya, agar selalu bisa ulang tahun, agar selalu ada yang merayakan, agar selalu ada kesemarakan.
Arti paling sederhana dari kesemarakan ini adalah keramaian. Dunia itu kalau ramai dimungkinkan perekonomian dalam nuansa hidup. Perekonomian yang hidup berarti akan ada banyak pekerjaan yang makin menambah indahnya dunia. Keren kan...
Ada buah bibir baru dalam dunia kreatif, namanya food stylist. Opo to kuwi? Tak lain dan tak bukan adalah pekerjaan me-make up makanan. What? Makanan di-make up? Dikasih bedak, dikasih gincu, diberi bulu mata palsu? Ah, ada-ada saja.
Husssh! Bukan begitu, asal njeplak saja! Make up itu hanya perumpamaan. Hanya padanan saja, bukan sebenarnya. Masak ada makanan dikasih bedak sih, kan tidak ada. Yang benar adalah food stylist bisa disandingkan dengan profesi tukang make up. Make up artis malah.
Artis itu menjadi makin menarik dalam tampilan salah satunya karena make up yang dikenakan. Sangat jarang ada artis tampil di depan publik dengan posisi tanpa riasan wajah. Mereka pasti tak pede. Tahu kenapa? Boleh jadi tanpa make up mereka akan ketahuan aslinya. Ha... emang aslinya seperti apa? Ssstttt!
Nah, makanan bisa seperti itu. Bisa seperti artis. Makanan bisa di make up agar makin cantik. Agar tampil memukau. Jadi kalau Anda menemukan foto-foto, atau menu-menu makanan kemudian tampak dalam gambar yang begitu menggiurkan, bikin selera langsung full strong, bikin lidah melet-melet, bikin bibir berdecap-decap dan mata berbinar, itulah pekerjaan seorang food stylist. Dia beraksi sebelum fotografer bekerja dan penikmat makanan datang.
Kelihatannya sepele, tapi wuih ini pekerjaan yang benar-benar rumit. Pekerjaan kelas dewa. Seorang food stylist tak hanya sekadar menata makanan an sich. Tak hanya sekadar me-make up yang nampak.Tetapi dia harus menyiapkan sesegala sesuatunya. Mulai properti, suasana, tempat pengambilan gambar, bahkan dia juga bisa meminta fotografer agar memakai mata lensa yang seperti apa.
Dunia yang keren ini, pekerjaan yang seperti tangan dewa ini, food stylist ini, belum banyak yang menggeluti. Dari yang belum banyak itu ada beberapa nama yang sudah moncer.
Kalau dari Jawa Timur ada satu nama yang bisa dijadikan rujukan. Dia perempuan, cantik pula, matanya bunder seperti bola ping pong. Happy Wahyuni Suhadi namanya. Arek Suroboyo asli. Arek Medayu Utara XVII di Graha Indah A2 Surabaya sana. Para kolega, teman, sahabat, klien, mungkin juga para bonek biasa memanggilnya cukup Happy Suhadi saja. Simpel, gampang, mudah diingat, dan tentunya bikin hepi.
Dalam beberapa kesempatan bersama ngopibareng.id, Happy yang "berumah" di Instagram @Happysuhadi dan di hapway.1206@gmail.com ini mengaku, tak gampang menjadi seorang food stylist. Masalah tersulitnya adalah memahami karakter makanan itu sendiri, lalu memahami orang diluar makanannya.
Sebab, ada banyak kemungkinan ketika makanan itu dimake-up, apalagi dengan banyak maksud. Menjadi bagus atau malah menjadi bubrah. Menjadi bagus saja tapi tak mengundang selera atau hanya perlu menggeser letak, hanya perlu sekadar mengganti taplak meja saja tapi sudah menjadi hal luar biasa.
"Sudut pandang yang dipakai tentu sudut pandang yang sangat beragam. Se-beragam orang yang bakal dijangkau oleh makanan dan citarasa makanan itu sendiri. Jadi bukan sudut pandang saya atau seorang food stylist ini. Bukan!" kata Happy diplomatis.
Menurut Happy, food stylist itu seperti menggabungkan tiga profesi sekaligus. Apa itu? Profesi make up artis, penulis, dan fotografer sekaligus. Nah, padahal, tiga profesi itu jelas bukan pekerjaan yang gampang.
Bagi Happy Suhadi, food stylist itu sesuatu banget. Bisa bikin bahagia banyak orang dengan cara lain. Orang tak hanya sekadar kenyang setelah makan, tapi juga mampu mengapresiasi makanan yang masuk tubuhnya dengan imajinasi yang baik.
"Biasanya imajinasi baik itu mampu bertahan tujuh hari tujuh malam bahkan hingga sepanjang tujuh turunan," canda Happy Wahyuni Suhadi.
Apa sih yang membuat Happy Suhadi begitu menyukai profesi food stylist ini? Sejujurnya, kata dia, dirinya sangat doyan makan. Karena doyan makan itulah dirinya juga menjadi doyan berburu kuliner. Dari sanalah sebenarnya ilmunya sebagian besar didapat dan memicunya agar menjadi seorang food stylist.
Dari mengunjungi banyak ragam kuliner dimanapun berada, Happy jadi banyak mengenal makanan, karakter makanan, hingga imajinasi yang menciptakan makananannya sekaligus mereviewnya. "Nonsens-lah seorang food stylist tanpa mengetahui imajinasi yang menciptakan makanan itu sendiri."
Happy mengingat, kecilnya dulu hingga masih mengenakan seragam sekolah SMA 2 Surabaya, dirinya suka diajak sang Mama andhok makanan dimana-mana. Tahu andhok? Andhok adalah bahasa keren dari mampir ke tempat makan yang paling jadi langganan. Saat itu, favorit Mama malah bukan resto-resto besar, tapi malah kedai-kedai, warung-warung sederhana yang acapkali berada di dalam pasar.
Happy ingat, dari tempat-tempat kecil itu justru sering muncul makanan bersahaja dengan karakter-karakter kuat. Kekuatan karakternya itu bahkan mampu menempel hingga hingga seusianya sekarang. "Ini kan dahsyat sekali kan," kagum Happy.
Dari andhok ke andhok itulah dia biasa bertanya; makanan itu dibuat dari apa, berbumbu apa, cara menghidangkan, bahkan trik menjualnya. Semua ilmu dibagi gratis oleh penjualnya.
"Mungkin yang bertanya anak kecil kali ya, jadi si penjual sekaligus pembuatnya meladeninya dengan hati. Alhasil, ilmu ini dibelakang hari menjadi modal utama saya untuk menjadikan makanan tak sekadar indah dilihat tetapi juga berkarakter dalam citarasa dan imajinasi," aku Happy yang cukup dekat dengan para pakar kuliner top seperti almarhum Bondan Winarno hingga Chef William Wongso ini.
Pokoknya, sambung dia, apapun yang berbau kuliner layak untuk dicoba. Dikomunikasikan kalau perlu dan kalau memang istimewa. "Dulu, orang menganggap makanan hanya sekadar untuk kenyang. Tapi sekarang tidak bukan?Melihat gambar pun kadang orang sudah kenyang. Apalagi kalau lagi gak punya uang. Iya kan... Wistala, pokoknya keren tenan kuliner punya Indonesia ini." (*)
Sentuhan-sentuhan Happy Suhadi: