Hantam Rumah Sakit Suriah, Serangan Turki ke Basis Kurdistan
Tembakan artileri menghantam rumah sakit di barat laut Suriah hingga menewaskan enam warga sipil, termasuk seorang anak. Serangan di Kota Atareb juga melukai 16 warga sipil termasuk lima staf kesehatan. Rumah sakit pun sekarang tidak berfungsi.
“Empat dari korban cedera berada dalam kondisi kritis,” kata Komite Penyelamatan Internasional (IRC), dikutip Aljazeera, Senin 22 Maret 2021.
Serangan itu terjadi meskipun gencatan senjata Rusia-Turki berlaku sejak Maret 2020, yang mencakup benteng yang dikuasai pemberontak lebih luas di barat laut Suriah.
Kementerian pertahanan Turki dan pemantau perang sebelumnya melaporkan bahwa tembakan artileri pemerintah Suriah menghantam pintu masuk utama rumah sakit di dalam sebuah gua.
“Meskipun SAMS membagikan koordinat rumah sakit melalui sistem pemberitahuan PBB, rumah sakit itu diserang dan sekarang telah rusak parah sehingga tidak dapat digunakan lagi,” kata Rehana Zawar, direktur negara IRC untuk Suriah barat laut.
Kawasan tersebut juga termasuk dalam zona de-eskalasi yang disepakati oleh Rusia, Iran dan Turki - kawasan yang membentang dari pegunungan timur laut Latakia hingga pinggiran barat laut kota Aleppo.
Rumah sakit dan klinik telah menjadi sasaran di kota-kota di seluruh Suriah, di tengah pertempuran antara pasukan pemerintah, yang didukung oleh Rusia dan Iran, dan kelompok oposisi bersenjata.
Dalam sebuah laporan yang dirilis awal bulan ini, IRC menyoroti cara perang di Suriah telah mengubah rumah sakit dari tempat berlindung menjadi zona berbahaya.
Serangan Udara Turki ke Basis Kurdi di Suriah
Sebelumnya dikabarkan, Turki melancarkan serangan udara pertamanya ke basis Kurdi di Suriah.
"Sebuah jet tempur Turki telah menghantam posisi militer Pasukan Demokratik Suriah (SDF) di Desa Saida, Ain Issa, yang menimbulkan ledakan keras," ujar Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), seperti yang dikutip AFP, Minggu 21 Maret 2021.
Serangan udara ini pertama kali diluncurkan sejak Operasi Mata Air Perdamaian dimulai pada 2019 lalu oleh Turki dan sekutu Suriah-nya melawan SDF.
Operasi itu terputus setelah dua kesepakatan yang dinegosiasikan oleh Turki bersama Amerika Serikat dan Rusia.
Kesepakatan tersebut memungkinkan Turki menguasai zona aman di dalam Suriah sepanjang 120 kilometer.
Desa Ain Issa bagaimana pun berada di bawah tangan pasukan Kursi.
Serangan udara itu terjadi bersamaan dengan bentrokan dan kekerasan serta tembakan roket yang intensif di garis depan distrik Ain Issa antara pasukan SDF dan faksi yang didukung Turki.
SOHR juga telah mengonfirmasi adanya korban akibat insiden tersebut.
"Bentrokan antara kedua belah pihak telah berlangsung selama 24 jam terakhir. Pasukan Turki kesulitan untuk maju sejak SDF menghancurkan sebuah tank Turki," ucap Direktur SDF, Rami Abdul Rahman.
Unit Perlindungan Rakyat yang merupakan komponen penting dari SDF dianggap Turki sebagai 'cabang teroris' dari Partai Pekerja Kurdistan yang terlarang.
Advertisement