HAN 2022, Ratusan Siswa SLB Sidoarjo Diajak Main Gratis di Mal
Memperingati Hari Anak Nasional tahun 2022, ratusan siswa penyandang difabel dari berbagai sekolah SLB di Sidoarjo menggelar pentas seni di Lippo Plaza Sidoarjo. Selain menampilkan bakat terbaiknya, mereka juga diajak bermain gratis di zona permainan Lippo Plaza.
General Manager Lippo Plaza Sidoarjo, Erick Richardo mengatakan, pentas tersebut sebagai wadah untuk mengapresiasi bakat dan minat siswa difabel. Menurutnya, meskipun dalam keterbatasan, bakat anak-anak tersebut layak untuk ditampilkan.
"Contohnya pantomim tadi saya sangat terkesan. Sangat layak ditampilkan di Lippo dan sebagai talent di Lippo," ucap Erick, Selasa, 26 Juli 2022.
Ke depan, Lippo Plaza Sidoarjo akan menyediakan fasilitas ruang publik untuk siswa difabel di Sidoarjo. Agar karya dan bakat mereka bisa dinikmati oleh masyarakat umum. "Lippo adalah milik kita bersama, termasuk para anak-anak spesial ini," imbuh Erick.
Sementara itu, Pengawas Pendidikan Khusus (SLB) Dinas Pendidikan Jatim, Saji, mengatakan, hal tersebut sebagai aksi nyata peran dunia usaha memberi wadah untuk anak difabel. Kreativitas mereka layak tampil di depan publik. Agar mereka bisa mandiri melalui bakat dan minat yang mereka miliki.
"Sesuai dengan semboyan kami, ABK bisa, pendidikan khusus istimewa dan mandiri tanpa diskriminasi. Seperti yang dilakukan Lippo Plaza ini," kata Saji.
Diketahui, ada 1.500 siswa penyandang difabel di Sidoarjo. Mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Dengan kondisi difabel yang bermacam-macam.
Data tersebut berdasarkan catatan dari Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) Pendidikan Khusus Layanan Khusus (PKLK) Kabupaten Sidoarjo, Lestari Hariyati.
Ia menyebutkan, ada 29 lembaga SLB yang dilibatkan dalam kegiatan tersebut. Setiap lembaga mengirimkan 30 siswa dan 7 guru pendamping. Sedangkan peserta performance ada 123 siswa.
Ia berharap kegiatan ini bisa menginspirasi mal-mal lain untuk menjembatani siswa difabel dalam menunjukkan bakatnya.
"Mereka sebenarnya memiliki kelebihan masing-masing. Beberapa lembaga sudah mempunyai produk hasil karya siswa difabel yang layak dikonsumsi publik, misalnya batik, kaos, telur asin, roti dan sebagainya," tutupnya.