Hama Tikus Serang Tanaman Kedelai, Petani di Mojokerto Merugi
Para petani kedelai di Kabupaten Mojokerto sedang resah akibat serangan hama tikus di lahan pertanian mereka. Hama tikus merusak tanaman kedelai siap panen, sehingga membuat petani merugi.
Kondisi tersebut dirasakan para petani kedelai di Dusun Gempal Desa Wunut, Kecamatan Mojoanyar. Serangan hama tikus yang terjadi selama dua pekan terakhir, membuat 8 hektar kedelai rusak parah menjelang masa panen.
"Sekitar 8 hektare tanaman kedelai yang bisa dipanen hanya sekitar 1 hektare lebih," kata Sucipto, 55 tahun, petani setempat, Senin 11 Desember 2023.
Musim panen tahun ini, Sucipto menanam kedelai di lahan seluas sekitar 1 hektare. Jika biasanya mampu menghasilkan hingga 28 kuintal kedelai kering, maka saat ini hanya mencapai kisaran 3 kuintal saja.
Sucipto mengaku mengalami kugiran sekitar 4-5 juta rupiah. Itu dihitung dari mulai pembelian bibit hingga biaya panen. Dilahan 1 hektare yang ditanami itu membutuhkan sekitar 80 kg bibit yang nilainya sebesar Rp1,3 juta.
"Belum biaya tanam, perawatan sama biaya panen. Total biaya sekitar Rp7,5 juta," terangnya.
Serangan hama tikus juga berpengaruh terhadap harga jual kedelai. Harga kedelai di tingkat petani turun di kisaran Rp9.000 per kilogram, dari harga sebelumnya yang mencapai Rp10.500 per kilogram.
Turunnya harga kedelai disebabkan kualitas biji hasil panen yang rendah atau tidak optimal. "Yang jelas, harganya pasti di bawah pasaran karena bijinya tidak normal," tegas Sucipto.
Hal senada juga diungkapkan Suparno, 57 tahun, petani asal Dusun Gempal Desa Wunut itu menyebut hama tikus menyerang sejak tanaman kedelai berumur 40 hari. Namun, yang paling parah saat memasuki masa panen, yaitu sekitar 2 minggu terakhir.
Meski masih ada sebagian kedelai yang selamat, kerusakan tanaman berikut buah kedelai ditaksir mencapai 50 persen lebih.
"Biasanya bagus, kali ini sisa-sisa tikus, rusak hampir 50 persen lebih. Saat ini dapat 1 kuintal saja sudah baik di lahan 100 meter persegi. Hama tikus tidak bisa dikendalikan," ungkap Suparno.
Menurutnya, sebagian besar tanaman rusak dan layu serta biji kedelai rontok ke tanah. Untuk mengantisipasi kerugian yang lebih besar, para petani terpaksa memanen meskipun kondisinya rusak parah. Itu dilakukan untuk mengembalikan modal biaya bibit.
"Yang penting saat ini modal untuk bibit kembali. Ada yang tidak dipanen karena kondisinya parah, yang hasilnya diperkirakan tidak cukup untuk biaya panen," tambah Suparno.
Di tengah serangan hama tikus ini, para petani mengaku pasrah. Mereka hanya berharap harga jual kedelai di tingkat petani tidak semakin jatuh sehingga kerugian yang dialami tidak bertambah besar.
Advertisement