Halusinasi Warga Pinggiran Rel Itu Bernama Keraton Agung Sejagat
Hampir sepekan, publik dihebohkan dengan munculnya kerajaan yang konon merupakan penerus kemegahan Kerajaan Majapahit.
Bernama Keraton Agung Sejagat, kerajaan baru ini tiba-tiba viral di media sosial dan diulas panjang lebar oleh berbagai media mainstream.
Kehebohan ini bermula dari potongan video pendek. Dalam video tersebut tampak ratusan orang berpakaian ala keraton Jawa, melakukan kirab di Desa Pogung Jurutengah, Bayan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
Mereka membawa bendera dan panji-panji yang diklaim berasal dari Keraton Agung Sejagat.
Setelah deretan panji-panji, beberapa orang berseragam hitam berjejer menabuh alat musik. Kemudian sejumlah pria lainnya, berbaju warna emas dan selendang merah, membawa tombak berjalan berurutan. Ada pula perempuan-perempuan yang menenteng busur dan mengenakan kemben mirip pemain ketoprak.
Sementara, delapan pria lainnya berbeskap dan sejumlah perempuan berkebaya merah, mengikuti mereka dengan membawa makanan yang ditata sedemikian rupa, seperti seserahan pengantin. Gunungan makanan juga ikut diarak dalam acara tersebut.
Tak berapa lama terlihat seorang pria berbaju merah tengah menunggang kuda. Dia kemudian tersenyum kepada warga sambil melambaikan tangan. Dialah sang maharaja dari keraton yang sedang melakukan kirap.
Lantas Siapa Sebenarnya Maha Raja Ini?
Dia ternyata bernama asli Toto Santoso yang lantas menyebut dirinya sebagai Sinuwun Toto Santoso Hadiningrat. Dari penelusuran polisi, Toto adalah warga Kampung Bandan, Ancol, Jakarta Utara.
Warga Kampung Bandan sendiri mengenal Toto dari keluarga yang pas-pasan dan hidup di pinggiran rel kereta api Stasiun Kampung Bandan.
"Rumahnya hanya kayu semi permanen dengan ukuran 2x3 meter di bantaran rel," kata Ketua RT 012/RW 005 Kelurahan Ancol, Abdul Manaf, Jumat, 17 Januari 2020.
Menurut Abdul Manaf, Toto tinggal di bantaran rel sejak tahun 2011. Dia lantas meninggalkan kawasan Ancol sejak rumahnya terbakar pada tahun 2016.
Dari Jakarta, "sang maha raja" Toto mengembara ke beberapa tempat hingga akhirnya sejak dua tahun silam, dia memutuskan tinggal di Yogyakarta.
Sebuah rumah kontrakan yang ada di Godean, Sleman, Yogyakarta menjadi markas pertamanya.
Dari rumah inilah, Toto mulai berhalusinasi dan menyebut dirinya mendapatkan wangsit untuk menghidupkan "perjanjian 500 tahun" sejak runtuhnya imperium Majapahit pada tahun 1518.
Perjanjian itu terhitung sejak Kemaharajaan Nusantara menghilang. Lebih tepatnya pada imperium Majapahit pada tahun 1518.
Menurutnya, perjanjian 500 tahun dilakukan antara Dyah Ranawijaya sebagai penguasa Majapahit, dengan Portugis sebagai wakil negara barat atau bekas koloni Kekaisaran Romawi di Malaka tahun 1518.
Dengan berakhirnya perjanjian tersebut, maka berakhir pula dominasi kekuasaan barat mengontrol dunia yang didominasi Amerika Serikat setelah Perang Dunia II.
"Kekuasaan tertinggi pun harus dikembalikan ke pemiliknya, yaitu Keraton Agung Sejagat sebagai penerus dari Majapahit, yang merupakan Dinasti Sanjaya dan Syailendra," ujar Toto.
Benarkah Ada Perjanjian 500 Tahun?
Budayawan Jawa, Irfan Afifi, dalam sebuah wawancara dengan detik.com mengatakan, hasusinasi Toto kemungkinan dipengaruhi sejarah janji Sabdo Palon yang tertuang dalam Babad Kediri serta Serat Darmogandul.
Dalam dua serat itu disebutkan hawa ketika Islam mulai menguasai Majapahit pada era Raja Brawijaya V, saat itu Sabdo Palon dan Naya Genggong menyebutkan bahwa 500 tahun lagi Majapahit akan kembali ke agama asalnya.
Psikolog Alexandra Gabriella menyebutkan, apa yang dilakukan Toto ini mirip dengan prilaku orang yang menderita gangguan waham, skizofrenia paranoid, gangguan kepribadian skizotipal atau bipolar.
Gangguan skizotipal ini bisa dilihat dari seringnya Toto mengaitkan sesuatu dengan hal mistis. Selain itu, halusinasi berlebihan yang dia lakukan juga menunjukkan adanya gejala skizofrenia.
Halusinasi Toto ini hampir saja terwujud. Di keraton yang kini sedang dibangun di Desa Pogung Jurutengah, Bayan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, juga mulai dilengkapi dengan aneka benda yang mirip dalam film-film kolosal.
Di keratonnya juga sudah berdiri sebuah batu besar yang mereka namai sebagai Prasasti Bumi Mataram. Prasasti ini berupa batu berukir huruf jawa dan dilengkapi lambang mirip Nazi serta dua telapak kaki sebagai simbol pendiri kerajaan.
Sebuah kolam yang disakralkan juga dibangun. Konon mereka yang mandi di kolam ini akan mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan.
Kenapa Toto dan sang Ratu Ditahan Polisi?
Polisi menangkap Toto dan Kanjeng Ratu Dyah Gitarja atau Fanni Aminadia karena dianggap menyebarkan kebohongan dan keonaran.
Toto dan Fanni dijerat pasal 14 UU RI Nomor 1 tahun 1946 tentang menyiarkan berita atau pemberitaan bohong dan sengaja menerbitkan keonaran. Keduanya juga diancam Pasal 378 KUHP tentang penipuan.
Penipuan disematkan kepada dua orang ini karena untuk membangun kerajaan, dua orang ini ternyata menipu para pengikutnya.
Mereka yang masuk menjadi anggota kerajaan harus membayar Rp3-30 juta dengan iming-iming jabatan di kerajaan itu.
Berdasar penyidikan polisi, mereka merekrut orang-orang yang berpengetahuan sempit. Juga mengiming-imingi warga akan diangkat sebagai pengurus kerajaan dengan gaji dalam bentuk dolar. "Menurut dia (Raja Toto) punya tabungan di Swiss dalam bentuk dolar," kata Kabid Humas Polda Jawa Tengah Kombes Iskandar Fitriana Sutisna.
Atas halusinasinya ini, Toto dan permaisurinya, kini mendekam di tahanan Polda Jawa Tengah. Raja dan ratu gadungan inipun terancam hukuman maksimal 10 tahun penjara.
Advertisement