Haltect, Aplikasi Deteksi Kandungan Babi Gagasan Mahasiswa Unair
Lima mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) menggagas sebuah aplikasi deteksi makanan halal bernama Haltect.
Mereka adalah Estit Raca Alda Nur Wakhid mahasiswa Kesehatan Masyarakat 2019, Sulthan Fathi Nur Alauddin mahasiswa Teknik lingkungan 2019, Ardelia Bertha Prastika mahasiswa Kebidanan 2019, Muhammad Rizky Widodo mahasiswa Kesehatan Masyarakat 2018, dan Salsabila Farah Rafidah mahasiswa Kesehatan Masyarakat 2018.
Ketua tim, Estit Raca Alda mengatakan, aplikasi ini dibuat untuk menghindari praktik kecurangan dalam produk olahan makanan. "Haltect dapat digunakan untuk menguji atau memeriksa adanya kontaminasi babi pada olahan daging. Aplikasinya tidak hanya untuk menguji, tetapi ada fitur yang berupa edukasi terkait kehalalan dan lain-lainnya,” tutur mahasiswa yang kerap disapa Alda itu.
Menurut Alda, kehalalan produk olahan makanan merupakan masalah yang sangat serius. Seringkali ditemui beberapa pedagang curang yang mengganti atau menambahkan bahan produksi dengan daging babi yang sekilas tampak mirip.
Oleh sebab itu, sambungnya, guna meminimalisir risiko tersebut perlu adanya pengawasan yang menjamin produk olahan agar tetap halal, aman, serta sehat dikonsumsi oleh masyarakat.
“Aplikasi yang kami beri nama Haltect Detector ini akan sangat bermanfaat bagi masyarakat untuk mendeteksi sedini mungkin secara mandiri dalam membeli produk olahan daging. Karena dapat langsung diinstal melalui smartphone masing-masing,” ujarnya.
Saat ini, Alda menjelaskan, Haltect tengah proses pengembangan dan kesiapan rancangan prototype. Ia dan tim berharap, aplikasi tersebut dapat segera direalisasikan agar inovasi itu bisa digunakan masyarakat luas. “Dalam jangka pendek, kami ingin memasukkan untuk program PKM. Cita-cita jangka panjangnya semoga Haltect bisa jadi startup yang memfasilitasi muslim-muslimah dalam halal lifestyle mereka,” harapnya.
Tak tanggung-tanggung, ide yang mereka gagas meraih medali perunggu pada gelaran International Invention Competition for Young Moslem Scientists (IICYMS) beberapa waktu lalu.