Halal Bihalal, Momentum Rekatkan Persaudaraan Lintas Batas
Sejak 1 Syawal, dalam sebulan penuh setelah Lebaran, selalu ada kegiatan terkait dengan Iudl Fitri. Itulah Halal Bihalal.
Momentum penting dalam masyarakat Islam. Ia merupakan hari besar bagi umat Islam untuk menjalankan suatu ibadah. Namun merayakan Idul Fitri dengan aktivitas silaturahim, halal bihalal, dan syawalan adalah tradisi sosial-keagamaan yang hidup di tengah masyarakat dan bersifat inklusif alias milik bersama warga bangsa bahkan kemanusiaan semesta.
“Ini tradisi baik yang berfungsi sebagai kanal sosial di dalam memupuk persaudaraan, kebersamaan, dan persatuan antar komponen bangsa yang melintas batas,” ujar Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dalam acara Syawalan Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA) pada Senin 16 Mei 2022.
Dalam literatur Islam, relasi antar insan lintas batas disebut dengan ukhuwah insaniyah. Haedar berpesan agar menjadikan QS. Al Hujurat ayat 13 sebagai pedoman perekat, pemersatu bangsa, dan pesan luhur. Penggalan ayat tersebut memiliki arti, ‘Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal‘.
“Pada posisi inilah agama sejatinya membawa pesan luhur tentang khazanah hubungan antar manusia yang melintas batas, bahwa hidup manusia dalam keragaman agama, ras, suku, dan golongan pada dasarnya bersaudara,” terang Haedar.
Pesan Mulia Syawalan
Haedar percaya bahwa agama membawa pesan mulia bagi seluruh umat manusia agar hidup damai, toleran, selamat, dan bahagia dalam kebersamaan. Perbedaan tidak perlu menjadi alasan untuk bermusuhan dan tidak saling mengenal, melainkan harus menjadi daya dan kekuatan untuk saling bersinergi membawa kemajuan, kemaslahatan, dan kebahagiaan.
Bagi Haedar, 1 Syawal merupakan momentum tepat untuk kembali menghayati hal ihwal keberagamaan dan keragaman. Warga dan elit bangsa diharapkan senantiasa menyebarkan pesan-pesan keagamaan yang menyejukkan, mendamaikan, menyatukan, dan memupuk ukhuwah dengan jiwa ikhlas, tasamuh, dan welas asih yang sarat makna di tengah kesamaan maupun perbedaan paham dan praktik beragama.
“Alangkah mulianya di hari yang berbahagia ini, kita menghayati kembali keberagamaan yang hanif, lurus, dan autentik yang membawa damai dan toleran. Mari kita rawat mozaik persaudaraan lintas batas ini dengan ikhtiar kolektif,” ajak Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini.