Hal yang Puitis antara Syaikh Al-Azhar dan PBNU, Kesaksian Seorang Alumnus
"Kang Said, Anda ini tamatan Ummul-Qura, tetapi tidak ada bedanya dengan Al-Azhar. Kenapa? Karena anda tumbuh dan besar dengan keislaman Sunni (ala Pesantren)..,"- Grand Syaikh al-Azhar Ahmed Muhammaed Ahmed Eltayyeb.
Perjumpaan Grand Syekh Al-Azhar Ahmed Muhammaed Ahmed Eltayyeb dan ketua PBNU, Rabu (2/5/2018), “pertama-tama saya ingin menyebutnya sebagai sebuah kualitas puitik yang begitu serasi, bersanding seperti dua bait puisi atau dua goresan lukisan garis awan bercampur ke dalam merah menyala untuk cakrawala. Keduanya memaparkan narasi besar dengan bahasa yang sangat sederhana,” tutur Aguk Irawan, alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo.
Kesan ini ditampilkan ngopibareng.id, karena merupakan kesaksian yang hadir di tengah pertemuan tersebut. Berikut pengakuan lengkap penulis novel keislaman dan santri kelahiran Lamongan ini:
Dari beberapa hal saya berhenti pada statemen ini; Kata Kang Said, "NU adalah organisasi sosial keagamaan yang sunni, tidak wahabi juga syiah, tidak ekstrim kanan, juga kiri; pendeknya ia adalah inklusif dengan perbedaan. Ia juga pengejewantahan islam nusantara yang menghargai lokal dan tumbuh secara global, maka tentu saja ia akan tawasuth, tasamuh dan ta'adul."
Dalam menanggapi itu Syaikh Al-Azhar bergurau; "Jika demikian mulia cita-cita dan perjuangan NU, sebenarnya yang berhak menjadi Nabi akhiruzzaman, harusnya adalah dari Indonesia, ya dan itu dari santri NU." Selorohnya sambil tersenyum. "... tetapi sebuah tali takdir sudah diputuskan, Sayyidul Ambiya, junjungan kita Muhammad Saw. itu dari bangsa Arab, namun yang perlu diingat, meski ia dari arab, misi kenabiannya untuk seluruh alam, kemudian misi itu diteruskan santri-santrinya yaitu para wali, sampai juga ke Nusantara ini dengan jalan damai dan indah. Jadi Islam Nusantara itu juga fakta dan bagian dari kesejatian islam itu sendiri."
"Kang Said, Anda ini tamatan Ummul-Qura, tetapi tidak ada bedanya dengan Al-Azhar. Kenapa? Karena anda tumbuh dan besar dengan keislaman Sunni (ala Pesantren), karena itu tak mengherankan meski belajar di wadah Wahabi, engkau selektif memilih dosen Azhary. Inilah termasuk kebaikan Ummul Qura saat ini dari sebelumnya, yaitu menerima dosen-dosen terbaik dari al-Azhar dan seluruh dunia.."
Akhir kata, Grand Syekh Al-Azhar pun meminta NU dengan karekternya lebih mendunia, bersama dengan Al-Azhar, turut serta menciptakan kedamaian. "Karena hanya muslim yang bukan muslim sejati yang punya keinginan, inisiatif, dan kapasitas untuk menikmati pecah-belah dan berkelahi." Wallahu'alam bishawab. (adi)
Advertisement