Hajatan Beracun di Lamongan, Polisi Ambil Sampel Air Sumur
Penyebab nasi hajatan yang diduga beracun hingga mengakibatkan puluhan warga Desa Truni Kecamatan Babat, Lamongan harus dirawat di rumah sakit hingga kini belum diketahui pasti. Sejumlah barang bukti berupa beberapa jenis makanan yang yang dijadikan sampel untuk uji laboratorium juga belum ada hasilnya. Masih dalam proses uji laboratorium forensik di Surabaya.
Sembari menunggu hasil uji laboratorium sejumlah barang bukti tadi, ternyata ada satu lagi yang patut dikhawatirkan sebagai penyebab munculnya racun pada makanan tersebut. Yakni, air sumur setempat. Alasannya karena posisi sumur berimpitan dengan saluran pembuangan limbah pemukiman warga. Sehingga dinilai dapat membahayakan kesehatan.
"Memang kita belum bisa memastikan dari apa racun itu. Tapi tidak ada salahnya kita ambil air tersebut kita bandingkan dengan air tandon yang ada. Karena rembesan air saluran ini jaraknya terlalu dekat. Bisa mengalir ke sumur, " tutur dr Sri Murni dari Puskesmas Babat saat datang ke lokasi bersama Kapolsek Babat Kompol Ali Kantha.
Saat itu juga diambil air dari sumur satu botol dan air dari tandon satu botol. Keduanya hendak dilakukan uji laboratorium.
Pengambilan air ini juga mengacu dari beberapa pengakuan warga, bahwa ada beberapa orang yang memakan beberapa jenis makanan paket hajatan itu, seperti roti dan sebagainya mengaku tidak keracunan.
"Tidak tahu lagi kalau yang dimakan bubur atau yang basah-basah, " kata warga.
Sementara itu, W, warga yang punya hajat selapanan (tasyakuran pemberian nama anak) hingga sekarang masih belum bisa dimintai keterangan polisi.
"Belum kita periksa. Karena yang bersangkutan masih menunggu keponakannya di rawat di rumah sakit. Keponakannya kan juga ikut keracunan, "terang Kapolsek Babat Ali Kantha, Selasa 01 Agustus 2023.
Diketahui, sebanyak 34 warga Desa Truni, Kecamatan Babat, Lamongan, Jawa Timur terpaksa harus dirawat di rumah sakit karena diduga keracunan usai memakan nasi hajatan, Jumat 28 Juli 2023.
Saat itu warga diundang W, warga setempat menghadiri upacara selapanan (hajatan pemberian nama anak). Pulangnya warga mendapatkan berkatan (nasi dan panganan lainnya). Esok harinya warga yang menghadiri di hajatan merasakan pusing, mual-mual hingga muntah dan diare. Bahkan, ada juga yang dehidrasi.