Haid atau Musafir di Hari Arafah, Ini Penjelasan Ulama
Dalam Islam ada banyak puasa sunah dan keutamaannya juga besar. Namun terkadang ada halangan berupa sakit, musafir, atau bagi perempuan adalah tamu bulanan (haid, nifas). Sehingga tidak dapat mengamalkannya. Apakah masih bisa mendapat keutamaan pahala puasa?
Berikut penjelasan ulama ahli hadis ketika menjelaskan riwayat berikut:
قَالَ إِبْرَاهِيمُ أَبُو إِسْمَاعِيلَ السَّكْسَكِيُّ، : سَمِعْتُ أَبَا بُرْدَةَ، وَاصْطَحَبَ هُوَ وَيَزِيدُ بْنُ أَبِي كَبْشَةَ فِي سَفَرٍ، فَكَانَ يَزِيدُ يَصُومُ فِي السَّفَرِ، فَقَالَ لَهُ أَبُو بُرْدَةَ: سَمِعْتُ أَبَا مُوسَى مِرَارًا يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِذَا مَرِضَ العَبْدُ، أَوْ سَافَرَ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صحيحا»
Ibrahim Abu Ismail As-Saksaki mendengar Abu Burdah, bahwa ia bepergian bersama Yazid bin Abi Kabsyah. Yazid melakukan puasa (Sunah) dalam perjalanan. Abu Burdah berkata kepada Yazid bahwa ia mendengar berkali-kali Abu Musa berkata bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda: "Jika seseorang sakit atau pergi maka ia dicatat (pahalanya) seperti amal ibadah orang yang mukim dan sehat" (HR Bukhari)
Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata:
وَهُوَ فِي حَقّ مَنْ كَانَ يَعْمَل طَاعَة فمُنِع مِنْهَا ، وَكَانَتْ نِيَّته ـ لَوْلَا الْمَانِع ـ أَنْ يَدُوم عَلَيْهَا " . انتهى .
"Hadis ini berlaku bagi orang yang akan melakukan ibadah namun terhalang untuk melakukannya. Ia tetap berniat dengan ibadah tadi -andai tidak ada halangan- untuk tetap melakukannya" (Fathul Bari Syarah Sahih Bukhari, 6/136)
Demikian penjelasan ustad Ma'ruf Khozin, Ketua Aswaja NU Center Jawa Timur.
Advertisement