Hafalan Al-Quran Bisakah Jadi Mahar? Ini Kisah Zaman Nabi
Seorang santri hendak menikah. Sayang, ia tak cukup biaya untuk membayar mahar pernikahannya.
Tapi, ia memang santri yang telah lama mengenyam pendidikan agama dan memahami pula masalah agama. Dan kebetulan saat menuntut ilmu di pesantren, ia terhitung seorang penghafal Al-Quran.
Ia pun berpikir soal mahar. Ia memahami, secara bahasa, mahar dimaknai dengan harta yang diberikan oleh suami kepada istri dengan akad pernikahan. Dapat diartikan mahar adalah harta yang diberikan oleh suami kepada istri sebagai imbalan dan penghargaan atas kesediaanya dihalalkan untuk dinikahi.
Sang santri lalu nekat dan hanya berbekal Hafalan Al-Quran, ia berani dan memberanikan diri untuk menikah. "Ya, bisanya Hafalan Al-Quran, itulah yang menjadi mahar," gumamnya.
Adakah diperbolehkan Hafalan Al-Quran menjadi mahar? Kisah berikut cukup menarik sebagai jawabannya.
Mahar di Zaman Rasulullah
Satu hadis meriwayatkan kisah seorang sahabat yang memberikan mahar hafalan Al-Quran atas saran Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam (Saw). Pria tersebut tidak memiliki harta untuk dijadikan mahar, sementara memberi mahar hukumnya wajib.
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Ya'qub bin Abdurrahman dari Abu Hazim dari Sahl bin Sa'd bahwasanya, ada seorang wanita mendatangi Rasulullah SAW dan berkata: Wahai Rasulullah, aku datang untuk menyerahkan diriku padamu.
Lalu Rasulullah SAW pun memandangi wanita dari atas hingga ke bawah, lalu beliau menunduk. Ketika wanita itu melihat bahwa Nabi belum memberikan keputusan akan dirinya, ia pun duduk.
Saat Ditanya Rasulullah soal Mahar
Tiba-tiba seorang pria dari sahabat Nabi berdiri dan berkata: Wahai Rasulullah, jika anda tidak berhasrat dengannya, maka nikahkanlah aku dengannya. Lalu Rasulullah pun bertanya: Apakah kamu punya sesuatu (untuk dijadikan sebagai mahar)? Laki-laki itu menjawab: Tidak, demi Allah wahai Rasulullah.
Kemudian Rasulullah bersabda: Kembalilah kepada keluargamu dan lihatlah apakah ada sesuatu? Laki-laki itu pun pergi dan kembali lagi seraya mengatakan: Tidak, demi Allah wahai Rasulullah, aku tidak mendapatkan apa-apa?
Rasulullah bersabda: Lihatlah kembali, meskipun yang ada hanyalah cincin besi. Laki-laki itu pergi lagi, kemudian kembali dan berkata: Tidak, demi Allah wahai Rasulullah, meskipun cincin emas aku tak punya, tetapi yang ada hanyalah kainku ini. Sahl berkata, tidaklah kain yang ia punyai itu kecuali hanya setengahnya.
Maka Rasulullah Saw pun bertanya: Apa yang dapat kamu lakukan dengan kainmu itu? Bila kamu mengenakannya, maka ia tidak akan memperoleh apa-apa dan bila ia memakainya, maka kamu juga tak memperoleh apa-apa.
Jawaban Rasulullah Saw yang Melegakan
Lalu laki-laki itu pun duduk agak lama dan kemudian beranjak. Rasulullah Saw melihatnya dan beliau pun langsung menyuruh seseorang untuk memanggilkannya.
Ia pun dipanggil, ketika datang, Rasulullah bertanya: Apakah kamu punya hafalan Al-Quran? Pria itu menjawab: Ya, aku hafal surat ini dan ini. Ia sambil menghitungnya.
Rasulullah bertanya lagi: Apakah kamu benar-benar menghafalnya? Ia menjawab: Ya.
Akhirnya Rasulullah bersabda: Kalau begitu, pergilah. Sesungguhnya kau telah kunikahkan dengannya dengan mahar apa yang telah kamu hafal dari Al-Quran."
Hadis tersebut diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Melalui hadits ini bisa dilihat memberikan mahar merupakan suatu keharusan meski harganya tidak seberapa.
Karena pria dalam hadis tersebut tidak memiliki harta yang bisa dijadikan mahar, akhirnya hafalan Al-Quran menjadi maharnya. Sebagaimana dimuat dalam buku Serial Hadist Nikah 4: Mahar Sebuah Tanda Cinta Terindah, karya Ustadz Firman Arifandi.