Haedar: Pandemi Seharusnya Membuat Kita Belajar
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengingatkan, kita perlu terus memupuk kebersamaan karena masih banyak agenda. Apa yang dilakukan Muhammadiyah merupakan wujud dari semangat Muhammadiyah menghadirkan Islam sebagai solusi.
"Sebelum hingga setelah kemerdekaan kami selalu di garis depan,” ujarnya.
“Insyaallah apapun bentuk kerjasama ketika sampai di Muhammadiyah akan kami kembalikan untuk bangsa, itulah Muhammadiyah,” kata Haedar Nashir, dalam keterangan Kamis 5 November 2020.
Ia menegaskan halitu, terkait peresmian Gedung Isolasi Covid-19 dan instalasi pengobatan kanker dan ginjal oleh Menkes RI Terawan, Selasa. RS PKU Muhammadiyah Gombong resmi menjadi rujukan utama pasien Covid-19, pasien kanker dan pasien gagal ginjal satu-satunya di wilayah Jawa Tengah bagian barat daya.
Pada kesempatan itu, Haedar pun berterimakasih pada semua pihak yang telah membantu mewujudkan. Peresmian tersebut, menurutnya adalah salah satu dari sekian program strategis yang digagas oleh PP Muhammadiyah.
Hadir secara daring menyapa Menkes RI Terawan Agus Putranto, Menko PMK Muhadjir Effendy, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo beserta pejabat lain yang hadir secara langsung di dalam peresmian tersebut, Haedar menyampaikan beberapa nasihat penting.
Pertama, wabah Covid-19 memberikan hikmah bahwa segala keangkuhan dan kedigdayaan baik secara pribadi maupun secara kolektif melalui politik dan kekuasaan tidak dapat berdaya melawan Covid-19.
Karena itu, Haedar mengajak semua elemen bangsa untuk saling bahu membahu membangun kebersamaan dan tidak merasa paling benar sendiri. Muhammadiyah sejak kasus pertama Covid-19 di Indonesia pada 2 Maret telah menggerakkan semua elemennya yang masih terus berjuang hingga saat ini.
“Peran 90 RS (milik Muhammadiyah) dalam menangani covid ini merupakan ikhtiar agar kita bisa meringankan beban rakyat, bangsa dan negara. Karena itu segala ikhtiar adalah mata rantai yang ingin terus kami lakukan bahwa Muhammadiyah hadir untuk rakyat, bangsa dan kemanusiaan semesta,” ujarnya.
“Ukhuwah, gotong royong dan kebersamaan. Jika ini bisa kita bangkitkan, kita akan bisa melewatinya,” imbuh Haedar.
Berikutnya, Haedar mengajak untuk tidak ada arogansi dan sikap abai dalam melawan pandemi, termasuk diperlukan sikap ilmiah dengan mengedepankan ilmu pengetahuan dan teknologi di samping agama.
“Kita Muhammadiyah sejak awal sudah mengumpulkan ahli epidemiologi sehingga apa yang kami lakukan selalu berdasarkan ilmu. Karena itu fatwa Majelis Tarjih selain mengcover (aspek fikih) juga menimbulkan optimisme,” jelasnya.
“Terakhir modal kerohanian. Saya pikir pandemi ini perlu membuat bangsa ini selalu belajar pada kehidupan. Pandemi ini meruntuhkan keangkuhan dan hegemoni. Kita perlu belajar bahwa sebuah bangsa selalu memerlukan energi ruhani dan ini harus kita pupuk sehingga menumbuhkan sikap rendah hati dan nilai-nilai luhur di dalam masalah kebangsaan,” ujarnya.