Haedar Nashir: Tak Ada Kekuatan yang Melampaui Segalanya
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir mengungkapkan, selain sebagai waktu untuk mengambil hikmah, pandemic Covid-19 menyadarkan bahwa tidak ada satu pun kekuatan di bumi ini yang melampui segalanya.
"Pandemi yang terjadi saat ini juga mengajari manusia untuk semakin beradaptasi dengan teknologi yang membantu tetap berjejaring sosial sesama makhluk," tuturnya.
Menurutnya, ketika dunia sudah bertengger di atas kemajuan revolusi 4.0 dan akan beranjak ke revolusi 5.0, bangsa Indonesia baru mendaki menuju kemajuan revolusi industri 4.0. itu pun Indonesia masih membutuhkan waktu yang panjang untuk menguasai secara teknis pengunaan teknologi informasi.
“Hikmahnya dibalik itu, teknologi apapun memerluka etika, memerlukan akhlak. Ketika kita berzoom, bermusyawarah memerlukan kejujuran dan etika. Karena itu muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah diundur, karena kita belum bisa menjamin, pertama, bahwa pandemic ini akan berakhir segera. Yang kedua penguasaan iptek itu juga etika, kejujuran dan relasi antarkita yang harus tetap dijunjung tinggi,” kata Haedar dalam keterangan Senin, 5 Oktober 2020.
Termasuk dalam media sosial juga memerlukan etika, menurutnya Media Sosial yang digengam saat ini menjadi sangat liberal. Dalam dimensi dunia maya yang saat ini dialami oleh manusia, banyak mengeser pola sosial antar sesama. Di mana dalam media sosial, manusia akan kehilangan rasa, rasa tersebut biasanya hanya didapatkan melalui relasi sosial secara langsung.
“Dimensi rasa itu hilang. Orang bisa menulis apa saja, mereaksi apa saja, menyebarkan apa saja,” imbuhnya
Haedar menekankan, peran perbaikan dari kerusakan yang ditimbulkan oleh Media Sosial bisa ambi oleh dunia pendidikan. Karena dunia pendidikan bertugas mencerdaskan akal budi, pikiran, sikap, dan tindakan manusia agar tetap berkeadaban luhur dan mulia. Terlebih sekolah atau lembaga pendidikan milik Muhammadiyah yang menjadi pelopor pertama pendidikan Islam modern.
Corak pendidikan yang dirintis oleh KH. Ahmad Dahlan adalah pendidikan yang mengabungkan antara iman dan berkemajuan, juga pendidikan yang mengintegrasikan antara ilmu keagamaan dan ilmu pengetahuan. Di mana keberadaan pendidikan Islam modern yang dibangun oleh KH. Ahmad Dahlan adalah suatu pendidikan yang menyempurnakan atau mengkritik pendidikan tradisional yang masih banyak dianut oleh umat Islam saat itu.
“Semua pendidikan Muhammadiyah memiliki dasar yang sama, yakni mengintegrasikan nilai-nilai dan ilmu pengetahuan keagamaan dengan ilmu pengetahuan umum, dan berbagai aspek kehidupan lainnya,” ungkapnya.
Advertisement