Haedar Nashir: Perlu Berhitung tentang Masa Depan Negeri Ini
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Dr Haedar Nashir, meminta semua pihak untuk memperhitungkan betul tentang masa depan Indonesia. Banyak pengamat yang memprediksikan Indonesia sebagai negara yang unggul dalam sisi pertumbuhan ekonomi di masa depan.
Namun, menurut Haedar, tidak banyak yang memprediksikan tentang masa depan Indonesia dari perspektif nilai dasar, sumber daya alam dan kapasitas yang negara ini miliki.
“Kita tidak bisa memproyeksi masa depan tanpa berhitung dengan apa yang kita miliki hari ini dan kita perbuat hari ini, supaya tidak melompat,” kata Haedar dalam keterangan dikutip Sabtu, 3 September 2022.
Haedar mengingatkan segenap elite dan warga bangsa untuk membumikan nilai-nilai utama dalam berbangsa. Tiga nilai utama yang Haedar maksud adalah nilai-nilai agama, Pancasila dan kebudayaan luhur.
Aktualisasikan Nilai Berbangsa
“Bagaimana kita mengaktualisasikan nilai kita berbangsa menjadi nilai yang manifes. Tiga hal itu harus berjalan seiring. Jika dipertentangkan, maka akan ada konflik nilai yang muncul,” tutur Haedar, yang sebelumnya menghadiri Stadium Generale di Universitas Surabaya (UBAYA), Rabu. Hadir pula dalam pertemuan ini, Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf.
Haedar berpandangan, merawat kemerdekaan Indonesia adalah perkara yang tidak mudah. “Kita merdeka itu perjuangan yang berat, tapi mempertahankan kemerdekaan itu tidak kalah berat,” kata Haedar.
“Sebab itu, di antara cara merawatnya adalah dengan mengoptimalkan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat. Negeri zamrud khatulistiwa ini harus menghadirkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Mengutip Buya Syafii Ma’arif, sila yang paling telantar itu ‘keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” tuturnya.
Karena itu, Haedar meminta seluruh elite dan warga bangsa untuk memiliki visi dasar bersama agar setiap pemimpin tidak jalan sendiri-sendiri tetapi mengacu pada rumusan peta jalan yang berkelanjutan. Jika punya visi bersama, maka akan mudah dalam menyelesaikan masalah-masalah seperti toleransi, radikalisme, terorisme sehingga tidak melulu agama yang disalahkan.
“Masa depan tidak bisa disongsong secara alamiah, kita perlu rancang bangun masa depan,” ujar Haedar. Rancang bangun masa depan itu merupakan hasil kumpulan dari perspektif agama, politik, ekonomi, budaya, dan seterusnya. Rancang bangun itu mengakomodasi keragaman seluruh elemen bangsa.
Haedar menyebut tentang karakter Indonesia sebagai bangsa yang Bhinneka Tunggal Ika, tidak hanya multikultural. “Bhinneka Tunggal Ika itu satu kesatuan antara kebhinnekaan dan ketunggalan,” tutur Haedar. Multikulturalisme hanya merayakan kebhinnekaan, dan melupakan ketunggalan.
Terkait dengan adanya gesekan di antara elemen bangsa, Haedar Nashir mengajak semua pihak mau belajar menjadi dewasa. “Bangsa yang besar ini tidak mungkin tanpa ada gesekan. Pasti ada gesekan. Tapi kita harus pandai-pandai mengelola gesekan. Dari gesekan itu kita menjadi dewasa. Rumpun bambu tumbuh bagus karena ada gesekan,” tutur Haedar.