Haedar Nashir: Bangun Kembali Mata Rantai Sejarah Indonesia-India
""Dahulu hubungan antara Pak Karno dan Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru dekat sekali. Juga ada irisan kultural antara Indonesia dan India. Nah Muhammadiyah mencoba membangun kembali mata rantai sejarah ini..."
Selain berkunjung ke PBNU, Menteri Luar Negeri India MJ Akbar, juga mengunjungi PP Muhammadiyah. Pemerintah India, dalam berdiplomasi untuk perdamaian dunia, menjalin hubungan dengan kedua organisasi Islam yang merupakan representasi Islam moderat di Indonesia.
Dalam kunjungan tersebut, MJ Akbar diterima langsung Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir.
"Dahulu hubungan antara Pak Karno dan Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru dekat sekali. Juga ada irisan kultural antara Indonesia dan India. Nah Muhammadiyah mencoba membangun kembali mata rantai sejarah ini melalui gerakan pendidikan, kerjasama pendidikan dan dialog antar agama," ujar Haedar Nashir, Ketua Umum PP Muhammadiyah.
Memang, dalam siaran pers diterima ngopibareng.id, Haedar nshir menegaskan keinginannya untuk merajut kembali hubungan yang kuat antara Indonesia dan India.
Haedar mengungkapkan tujuan kedatangan Menlu India ke PP Muhammadiyah selain sebagai tindak lanjut atas kunjungan Muhammadiyah bersama UMS di India pada Juni yang lalu dan menghasilkan kerjasama di bidang pendidikan dan keagamaan, kunjungan kali ini adalah sebagai apresiasi pemerintah India terhadap Muhammadiyah.
"...penting di dunia yang membawa pesan harmoni, usaha saling memahami, bergerak di bidang charity, pendidikan dan sosial yang berdampak luas dan kami mengapresiasi hal ini," ungkap Menlu India Mr. MJ Akbar.
"Muhammadiyah adalah salah satu organisasi terbesar dan penting di dunia yang membawa pesan harmoni, usaha saling memahami, bergerak di bidang charity, pendidikan dan sosial yang berdampak luas dan kami mengapresiasi hal ini," ungkap Menlu India Mr. MJ Akbar.
Haedar lebih lanjut menjelaskan bahwa pemerintah India menindaklanjuti kerjasama dengan Muhammadiyah di dua bidang yakni pendidikan melalui program pertukaran dosen dan mahasiswa dan program resolusi konflik antar kelompok sosial.
"Kita menawarkan juga lewat PCIM (Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah) India program beasiswa untuk warga India di universitas Muhammadiyah. Penting diketahui bahwa Muhammadiyah sudah memberikan beasiswa bagi masyarakat di Thailand Selatan, juga di Filipina. Jadi ini program yang sangat penting," ujar Haedar.
"Bagi Muhammadiyah, semangat Islam Rahmatan lil 'Alamin tidak cukup lewat retorika, tetapi jg harus lewat pertukaran budaya, dialog, sekaligus juga kerjasama lewat pendidikan sebab pendidikan bisa menjadi instrumen penting bagi pendewasaan sosial bukan hanya di dalam negeri tapi juga antar bangsa antar negara. Pendidikan merupakan instrumen yang sangat universal," imbuh Haedar.
Sementara itu ketua PCIM India Brenny Ibrahim yang turut hadir dalam pertemuan tersebut mengungkapkan misi jangka panjang PCIM India agar Muhammadiyah dapat hadir di dalam masyarakat India.
"Yang paling penting promosi Islam berkemajuan ke masyarakat India. Program kami adalah kaderisasi warga India. karena itu kami mengajukan permohonan agar PP Muhammadiyah mengalokasikan beasiswa untuk orang India. Sehingga mereka dapat tahu betul mengenai Muhammadiyah dan jika kembali ke India akan secara otomatis membangun Muhammadiyah di sana," jelasnya.
Benny yang merupakan mahasiswa doktoral di Aligarh Muslim University itu mengungkapkan bahwa kendala itu dapat diatasi.
"Muhammadiyah adalah organisasi asing di India, organisasi asing tidak mudah diterima. Oleh karena itu kami memandang positif pertemuan ini. Kami mencoba masuk dari arah pendidikan dan kemanusiaan," pungkas Brenny. (adi)