Haedar Nashir: Aktualisasikan Nilai-Nilai Silaturahim secara Efektif
“Relasi sosial medsos dapat digunakan untuk bersilaturahim dan berbagi hal-hal positif. Namun karakter media sosial yang bebas, tidak bisa dihindarkan dari media sosial," kata Haedar Nashir.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengingatkan, media sosial (medsos) telah menjadi wahana atau sarana baru untuk menjalin silaturahim.
Namun, dibalik hal positif dari medsos, akan bernilai negatif ketika penggunaannya dilakukan dengan tidak bijak, dan acap kali memproduksi keretakan-keretakan di dalam tubuh umat dan bangsa.
“Relasi sosial medsos dapat digunakan untuk bersilaturahim dan berbagi hal-hal positif. Namun karakter media sosial yang bebas, tidak bisa dihindarkan dari media sosial. Sering kali media sosial digunakan untuk mengundang kemarahan dan prasangka buruk terhadap orang lain,” ungkap Haedar, dalam keterangan diterima ngopibareng.id, Selasa (26/6/2018).
Oleh karena itu, Haedar berpesan agar media sosial sebagai medium silaturahmi harus dimanfaatkan secara positif dan menghindari akhlak-akhlak buruk dalam penggunaannya. “Ujian kita dalam bermedia sosial adalah bagaimana masih bisa bersilaturahmi dengan tetap menghindari akhlak buruk dalam menggunakannya,” Haedar.
Terlepas dari itu, Haedar turut mengingatkan tentang pentingnya mengaktualisasikan nilai-nilai silaturahim secara efektif. Yaitu, dengan berfokus kepada peningkatan kualitas silaturahim yang dibangun, bukan hanya dalam momentum Idul Fitri saja namun juga dalam kehidupan sehari-hari.
“Silaturahim telah menjadi budaya kolektif. Silaturahmi pada esensinya mempertautkan persaudaraan baik yang diikat oleh nasab atau kekerabatan ataupun tidak. Ini menyangkut relasi positif yang dibangun antar sesama baik dalam konteks keummatan ataupun kebangsaan,” jelas Haedar, juga disampaikan pada acara Syawalan Keluarga Besar Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada Sabtu (23/6) di Auditorium Kampus 1 UAD.
Di samping itu, silaturahmi menurut Haedar tidak cukup hanya menjalin hubungan yang telah terbangun, namun juga bagaimana kita mampu kembali menyambung tali persaudaraan yang telah terputus.
“Ini memang tidak mudah jika orang telah tersakiti hatinya. Untuk bias memaafkan dan kembali menjalin persaudaraan membutuhkan derajat rif’ah yang tinggi dan kejernihan hati,” lanjutnya.
Selain itu, kepada segenap karyawan dan civitas akademika UAD Haedar menghimbau agar mampu memanfaatkan momentum Idul Fitri untuk meningkatkan pengkhidmatan dan menjadikannya sebagai penambah nilai ibadah bagi masing-masing individu. Hal tersebut dikarenakan UAD sebagai bagian dari Muhammadiyah merupakan wasilah dakwah yang dimiliki oleh persyarikatan.
“Tujuannya amar makruf nahi munkar. Dengan berkhidmat secara maksimal di UAD, kita bisa memberikan sumbangan bagi umat dan bangsa,” tutup Haedar. (adi)