Haedar: Muhammadiyah Terus Samakan Isu Kebangsaan
“Dengan jiwa besar masing-masing, bangsa ini akan punya energi positif luar biasa dari keragaman pandangan. Keragaman padangan tidak menjadi kita beda,” kata Haedar Nashir.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengingatkan, ajang silaturahim merupakan wadah untuk mempertautkan persaudaraan, atau bagi sebagian yang lain mungkin juga untuk menghubungkan kembali persaudaraan yang telah terputus.
“Silaturahim bukan hanya menjalin apa yang sudah ada, tapi juga untuk merekatkan apa yang sudah ada,” tutur Haedar pada Rabu (4/7) di Aula Kantor PP Muhammadiyah Jl Menteng Raya No 62, Jakarta Pusat.
Hal itu ditegaskan di hadapan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK), serta tokoh-tokoh dan perwakilan duta besar sahabat saat acara silaturahim Idul Fitri Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Jakarta.
Haedar menyampaikan, dalam konteks silaturahim ini, Muhammadiyah berharap untuk terus menyamakan isu kebangsaan dan berbagi hal yang menjadi pandangan yang aktual.
“Ketika bangsa ini dibangun oleh isu nasional Indonesia yang merdeka, berdaulat adil dan makmur, melindungi segenap bangsa Indonesia dan mencerdaskan, maka hal mendasar hal yang harus didialogkan adalah, ragam pandangan masalah actual,” tutur Haedar.
Haedar kembali mencontohkan, misalnya kesenjangan sosial, radikalisme, dan berbagai hal yang hadir dalam kehidupan demokrasi.
“Dengan jiwa besar masing-masing, bangsa ini akan punya energi postif luar biasa dari keragaman pandangan. Keragaman padangan tidak menjadi kita beda,” imbuh Haedar.
Selain itu, orientasi keagamaan dan nilai kebudayaan yang ikut dalam kehidupan kebangsaan kita perlu menjadi perhatian khusus.
“Kami berdialog bagaimana nilai kegaamaan itu hidup dan membentuk Indonesia. Orientasi yang hidup dalam UU, bangsa Indonesia selain punya Pancasila juga punya penduduk yang beragama, mayoritas muslim, maka dialog itu harus terus dilakukan, jangan sampai ada pandangan yang menyebabakan ancaman terhadap keutuhan NKRI,” jelas Haedar.
Berkaitan dengan memahami nilai pancasila, Muhammadiyah telah menyepakati dan memiliki pandangan bahwa Pancasila merupakan darul ahdi wasyahadah, yang penting adalah satu pihak menyerap nilai agama yang hidup dan paham bingkai keindonesiaan.
“Muhammadiyah mengajak bagaimana kita berkiprah untuk mencerdaskan, kita bertanggung jawab terhadap masa depan Indonesia. Kita harus terus dialog dan bekerja, serta membangun pusat keunggulan dengan jalur kita sebagai ormas. Dalam memajukan itu semua, Muhammadiyah melibatkan kekuatan politik untuk berperan sebagaimana mestinya juga diperlukan.
Akan ada sinergi kolektif yang tepat. Indonesia ke depan akan mendapat mozaik yang indah untuk Indonesia jaya dan berkemajuan,” pungkas Haedar.
Turut hadir dalam acara tersebut Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, Ketua Umum PP 'Aisyiyah Siti Noordjanah Djohantini, jajaran Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 1995-2000, Amien Rais, Ketua MPR RI, Zulkifli Hasan, Mantan Kapolri Badrodin Haiti, Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah, Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Duta Besar Negara sahabat, serta tokoh-tokoh lainnya. (adi)
Advertisement