Haedar Minta Pimpinan-Mubaligh Perkuat Pemahaman Manhaj Tarjih
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menekankan pentingnya pemahaman manhaj tarjih bagi para mubaligh dan pimpinan Muhammadiyah. Hal itu sebagai jalan untuk memperkuat konsolidasi gerakan dakwah Persyarikatan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah.
“Jangan sampai pimpinan Muhammadiyah termasuk di cabang di wilayah apalagi sampai di pusat tidak paham manhaj ini. Dasarnya memang ruju’ quran dan sunnah tapi ada ijtihad. Agar orang Muhammadiyah tidak sempit pemahaman keagamaannya,” kata Haedar, dalam keterangan Rabu 21 Oktober 2020.
Penguatan pemahaman itu diperlukan agar menghadapi tantangan zaman yang makin kompleks, Muhammadiyah di usia abad kedua tidak gampang terbawa arus sehingga kehilangan identitas dan pondasi gerakannya.
Mengutip riset Pew Forum, Haedar menyampaikan di ranah global demografi umat Islam diperkirakan mendominasi antara tahun 2035-2055. Di Indonesia sendiri, gairah Keislaman juga semakin tinggi setelah reformasi.
Menghadapi dampak hal tersebut di bidang kebudayaan, politik dan keagamaan, ketidakpahaman terhadap manhaj tarjid dan semangat tajdid Muhammadiyah justru akan menjauhkan gerakan Muhammadiyah dari misi yang diasaskan oleh Kiai Ahmad Dahlan sendiri.
“Kita harus meneguhkan kembali pemahaman keislaman kita sebagaimana yang telah menjadi manhaj tarjih sebagai patokan kita,” pesan Haedar mewanti-wanti jangan sampai ada pegiat Muhammadiyah dengan rasa yang tidak sesuai dengan identitas garis pemikiran Muhammadiyah yang memiliki tiga unsur; Bayani (dalil), Burhani (disiplin ilmu), dan ‘Irfani (hikmah dan rasa).
“Kata ummah menjelaskan bahwa Muhammadiyah harus menjadi gerakan yang terpilih, tidak ikut-ikutan dan awam,” imbuh Haedar menjelaskan potongan ayat kuntum khoiru ummah (surat Ali Imran ayat 110) yang menjadi ruh gerakan Muhammadiyah.