Haedar: Kemenag Bertanggung Jawab Bangun Akhlak Para Mubalig
“Muhammadiyah berharap, masukan-masukan dari berbagai pihak perlu menjadikan pijakan bagi Kemenag untuk melakukan evaluasi, sekaligus juga perubahan atas kebijakan tersebut. Ke depan, jauh lebih penting bagi Kemenag, bagaimana dapat mengembangkan akhlak mubaligh, semacam etika dakwah,”ujar Haedar.
Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah menghargai niat baik Kementerian Agama (Kemenag) untuk meningkatkan kualitas mubaligh dengan membuat rekomendasi 200 mubaligh. Yang diharapkan, bisa menumbuhkan spirit keislaman di tubuh umat islam, dengan menghadirkan Islam yang damai, rahmatan lil alamin dan juga islam yang memiliki komitmen kebangsaan dan kemanusiaan.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan, ketika Kemenag mengeluarkan daftar 200 mubaligh yang direkomendasikan kepada masyarakat, sangat wajar kemudian menimbulkan kontroversi.
“Muhammadiyah berharap, masukan-masukan dari berbagai pihak perlu menjadikan pijakan bagi Kemenag untuk melakukan evaluasi, sekaligus juga perubahan atas kebijakan tersebut. Ke depan, jauh lebih penting bagi Kemenag, bagaimana dapat mengembangkan akhlak mubaligh, semacam etika dakwah,”ujar Haedar, dalam keterangan diterima ngopibareng.id, Selasa (22/5/2018).
Haedar menilai, pengembangan akhlak mubaligh melalui etika dakwah itu jauh lebih penting, sehingga dengan etika dakwah itu setiap mubaligh mengetahui mana yang salah dan benar, baik dan tidak baik untuk disampaikan dimuka publik.
Haedar juga berharap agar masalah ini jangan menimbulkan kontroversi yang berkepanjangan, sehingga membuat umat Islam saling tuding, menyalahkan, dan bersebrangan satu sama lain, yang kemudian akhirnya umat islam terus teerpecah belah, dan berbeda pandangan secara tajam dari berbagai hal.
“Sehingga akibatnya nilai ukhuwahnya luruh, kerja-kerja amaliyah yang membawa kemajuan akan menjadi terkalahkan oleh isu-isu atau persoalan yang mugkin bisa kita selesaikan bersama,”tutur Haedar.
Pada akhirnya, Haedar berpesan agar kedepan Kemenag dapat bertemu dengan ormas islam, lalu mencari solusi dari masalah yang ada saat ini.
“Semua pihak harus bisa mencari hikmah dari masalah ini, jangan terus kita berada pada posisi pro dan kontra, sehingga dapat meninggalkan kerja-kerja produktif,”pungkas Haedar. (adi)