Haedar: Islam dan Nasionalisme Tak Patut Dipertentangkan
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan, realitas politik saat ini yang memandang bahwa ada dualitas antara Keislaman dan Keindonesiaan merupakan bencana yang tidak ada dasarnya di dalam sejarah Indonesia.
“Di belakang hari, Keislaman seakan-akan ada di seberang dari Keindonesiaan. Padahal sebelumnya senyawa,” tuturnya.
Bahkan sebelum Indonesia lahir, Muhammadiyah menggunakan nama gerakan kepanduannya pada 1918 sebagai Hizbul Wathan (Pasukan Tanah Air).
Menurut Haedar, dalam keikutsertaan dalam perjuangan mewujudkan kemerdekaan Indonesia, Muhammadiyah beserta kelompok Islam lainnya mengintegrasikan semangat Keislaman dan Keindonesiaan.
Momentum Sumpah Pemuda yang menyatukan segala perbedaan kesukuan hingga agama bagi Haedar perlu dilihat kembali sebagai satu dinamika yang utuh. Islam memberi ruh dalam lahirnya Indonesia.
Lanjut Haedar, keterlibatan umat Islam terutama Muhammadiyah dalam perjuangan dan persiapan kemerdekaan, proklamasi hingga pembangunan Indonesia kini dipertegas oleh dokumen Darul Ahdi wa Syahadah bahwa sebagai umat Muslim yang sejati niscaya sekaligus menjadi seorang nasionalis yang menghadirkan amal nyata bagi bangsa.
Demikian Haedar Nashir, dalam kritiknya dalam membuka Pengajian Bulanan PP Muhammadiyah bertema “Sumpah Pemuda dan Wawasan Kebangsaan Muhammadiyah”, Jumat lalu.
Advertisement