Hadiri Pertemuan Negara G-20, Ini Tiga Pokok Tuntutan Indonesia
Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi menghadiri pertemuan Luar Biasa Menteri Luar Negeri G20, Jumat 4 September 2020. Perempuan pertama di kementerian tersebut kembali mengingatkan, alasan G-20 dibentuk sebagai respons atas sebuah krisis. Yakni, krisis keuangan dan ekonomi yang terjadi pada tahun 1999 lalu.
"Meskipun bentuk krisisnya berbeda, saat ini kita sedang mengalami krisis luar biasa, yaitu pandemi Covid-19, yang berdampak pada kesehatan global dan resesi ekonomi dunia," kata Retno saat teleconference G-20, dikutip Sabtu 5 September 2020.
Retno juga menjelaskan, terdapat tiga poin penting disampaikan dalam pertemuan G-20. Itu terdiri dari peningkatan kerja sama dalam perlindungan warga negara.
"Saya sampaikan apresiasi atas kerja sama berbagai negara sahabat. Sehingga Indonesia dapat mengevakuasi dan merepatriasi lebih dari 145 ribu WNI dari berbagai negara," kata dia.
Poin kedua, masih terkait pengembangan kerja sama kesehatan, terutama vaksin. Dia menekankan kembali soal kesetaraan akses terhadap vaksin, yaitu dengan harga terjangkau.
Poin ketiga adalah kerja sama Indonesia dalam mitigasi dampak sosio-ekonomi dari krisis.
"Negara-negara G-20 harus mengambil langkah terdepan dalam upaya pemulihan kembali ekonomi dunia, termasuk terkait global supply chain yang sempat terdisrupsi. (Yaitu, red) membuka konektivitas terutama untuk barang, kegiatan bisnis, dan kemanusiaan," ujar Retno.
Terakhir, Retno juga menyampaikan tuntutan Indonesia bagi seluruh anggota G-20.
"Di akhir saya tegaskan kembali bahwa persatuan dan solidaritas negara negara G-20 akan menjadi faktor pendorong penting, dalam upaya dunia memerangi pandemi Covid-19," tegas Retno.
Kemarin, Retno juga menghadiri Foreign Policy and Global Health (FPGH).