Hadir dalam Konsolidasi PDIP di Jember, Risma Berkisah Tentang Penutupan Dolly
Calon Gubernur Jawa Timur nomor urut 3, Tri Rismaharini, yang merupakan mantan Wali Kota Surabaya turut hadir dalam konsolidasi PDIP, di Aula Hotel Cempaka Hill, Jember, Selasa, 05 November 2024. Usai konsolidasi, Risma menceritakan kisah tentang penutupan Dolly.
Risma mengatakan, saat dirinya menjabat Wali Kota Surabaya tidak hanya Dolly yang berhasil ditutup. Tetapi ada enam lokalisasi lain yang juga ditutup.
"Sebetulnya yang saya tutup di Surabaya, bukan Dolly saja, Dolly yang terakhir, yang terbesar. Ada 6 lokalisasi di Surabaya yang saya tutup satu persatu," ungkapnya.
Sebelum tempat lokalisasi ditutup, Risma dihadapkan pada realitas sosial yang memprihatinkan. Risma menemukan praktik trafficking, pelacuran anak, dan kondisi sosial lain yang tidak bisa jelaskan.
Bahkan, sesama anak berhubungan suami istri, dan dilihat anak-anak yang lain, itu jadi hal biasa. Parahnya lagi, mereka mengajak anak-anak di luar wilayah. Atas realitas itu, Risma mengambil langkah tepat untuk menyelamatkan anak-anak dari kerusakan moral di Surabaya.
Risma mengawali dengan membawa kasus trafficking ke ranah hukum. Setelah diselidiki ditemukan benang merah yang menyebabkan realitas tersebut.
"Setelah saya telusuri, ternyata ada benang merah ke lokalisasi. Lokalisasi itu harus ditutup. Dan saya butuh persiapan-persiapan karena mereka pasti butuh untuk makan, dan sebagainya," katanya.
Satu pekan sebelum penutupan Dolly, Risma diundang oleh sejumlah kiai di Jawa Timur. Intinya para kiai ingin mengetahui sejauh mana keyakinan, keberanian, dan komitmen Risma dalam menutul Dolly.
Tak sedikit kiai yang menawarkan bantuan. Namun, Risma memilih berjuang bersama TNI dan Polri dalam menutup lokalisasi yang melegenda itu. Alasan Risma tidak melibatkan masyarakat sipil, karena khawatir terjadi pertumpahan darah.
Selanjutnya, Risma juga diundang kiai pada Harlah NU di Jombang. Para kiai kembali bertanya komitmen dan keberanian Risma menutup Dolly.
"Ada 9 kiai yang menanyakan, saya berani menutup Dolly? Saya jawab saya berani dan sudah saya persiapkan semuanya. Saya ditanya tentang kesiapanmu dan saya jawab sudah siap karena saya dibantu TNI dan Polri dan pada harinya saya pastikan akan kita tutup." Katanya.
Setelah melihat keberanian Risma, sejumlah kiai kembali menanyakan silsilah keluarga Risma. Salah satu kiai yang menjadi pengurus NU menunjukkan silsilah keluarga Risma.
Para kiai kemudian menilai bahwa Risma merupakan keturunan panglima perang. Sehingga tidak ada pilihan lain selain mendukung Risma agar segera menutup lokalisasi tersebut.
Selain banyak mendapatkan dukungan, Risma juga tidak sedikit mendapatkan tentangan berupa ancaman dan perlawanan.
"Kalau ancaman banyak sekali. Yang mau bunuh saya, keluarga saya. Bahkan secara fisik dan non fisik, secara terang-terangan bukan hanya sekedar ancaman. Tapi saat itu saya percaya pada keyakinan saya, saya harus lakukan ini, karena kalau saya tahu dan tidak mengerjakan saya harus pertanggungjawabkan nanti kelak di akhirat," tegasnya.
Tak hanya Risma yang menjadi sasaran pengancaman, tetapi juga Kepala OPD, sehingga mereka meminta Risma agar membatalkan rencana penutupan Dolly.
Risma tidak menyalahkan Kepala OPD tersebut. Bahkan Risma meminta mereka tidak perlu membantu Risma.
Risma memilih berada di depan meskipun harus sendiri. Sebab, membiarkan anak-anak dalam kehancuran akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat.
Namun, setelah Risma meyakinkan Kepala OPD tersebut, akhirnya mereka juga menyatakan siap membantu Risma.
Tepat pada tanggal 18 Juni 2014, Dolly akhirnya ditutup. Penutupan tersebut tidak berjalan mulus, tetapi diwarnai penolakan dan aksi unjuk rasa. Risma memimpin langsung proses penutupan tersebut.
Pasca penutupan Dolly, Risma tidak menutup mata terhadap Nasib warga yang sebelumnya menggantungkan nasibnya di Dolly. Risma membuat program sesuai keinginan warga.
Mereka akhirnya bisa bertahan hidup dengan berusaha di berbagai bidang. Ada yang menekuni batik, ada yang membuka usaha sablon, sandal, makanan, menjahit, dan pekerjaan lainnya.
"Sesuai keinginan mereka. Ada yang di bidang batik. Ada membuat sablon, sandal, makanan menjahit dan sebagainya," pungkasnya.
Sementara itu, Calon Wakil Bupati Jember K. H. Muhammad Balya Firjaun Barlaman kaget mendengar kisah Risma tentang penutupan Dolly. Gus Firjaun akhirnya mengetahui bahwa Risma memiliki keterkaitan dengan KH Hasyim Asyari.
"Saya baru tahu ini tadi. Beliau memang sangat gigih dalam merebut kemerdekaan. Makanya semangat panglima perang itu mengalir ditubuh beliau. Kita respek sama keberanian beliau. Mudah-mudahan beliau panjang umur, diberi kesehatan, memberi manfaat bagi umat," pungkasnya.