Hadiah Akhir Ramadhan, Dua Kader NU Raih Cumlaude dalam Tesisnya di Tunisia
Dua kader muda terbaik NU Tunisa berhasil mempertahankan tesisnya. Ahmad Muntaha Afandi, mahasiswa pascasarjana dengan fokus kajian linguistik dan terapan di Universitas Manouba yang juga menjabat sebagai Rais Syuriah PCINU Tunisia dan Sukirno Tarwadi, mahasiswa Universitas Ezzaitunah, Tunisia, jurusan Aqidah dan Perbandingan Agama yang juga merupakan anggota Lakpesdam PCINU Tunisia. Keduanya berhasil meraih peredikat Cumlaude.
Rais Syuriah PCI NU Tunisia Ahmad Muntaha Afandie berhasil meraih gelar Master De Recherche en Langue Litterature et Civilisation ( M.L.L.C) pada bidang Linguistik Murni dan Terapan di Universitas Manouba dengan judul Thesis “ Al- ‘Iqtirad Lughawiyyi fi al Indunisiyyah min al ‘Arobiyyah (Penyerapan Bahasa Arab Dalam Bahasa Indonesia). Sebagai Pembimbing Thesis Dr.. Elazahar Ezannad, bertindak sebagai Ketua Sidang Dr. Surur Elihyani dan Dr. Fathi Jumael sebagai Penyidang.
Demikian siaran pers Lembaga Ta'lif wa-Nasr Lakpesdam PCI NU Tunisia pada ngopibareng.id, Kamis (14/6/2018).
Pembimbing mengagumi kegigihan pria yang akrab disapa Gus Muntaha dalam menyelesaikan Tesisnya dengan cukup baik dan tepat waktu, bahkan ketua sidang sendiri mengapresiasi atas judul yang dibawakan.“Ini tema yang besar. Yang sebenarnya mebutuhkan tim, tapi kamu mampu mengerjakannya sendiri dengan cukup baik”, ungkapnya di awal persidangan, Selasa (12/06/2018).
Selain itu penguji pertama sendiri memuji dan mengapresiasi struktur Bahasa penulisan tesisnya,” Najahat fi I’rabi al Jumal wa I’rabi al Afkar”. Penguji mengharapkan agar dilanjutkan jauh lebih detail lagi, imbuhnya.
Kini Gus Mun, panggilan akrabnya, adalah orang pertama yang mampu menyelesaikan studi master di Fakultas Ilmu Sastra dan Humaniora. Turut hadir dalam Sidang tersebut Duta Besar RI untuk Tunisia Prof. Ikrar Nusa Bhakti, juga Mustasyar PCI NU Tunisia M.Yazid.
Bang Yazid, sapaan akrabnya meunuturkan kepada LTN NU Tunisia, “Belum ada sejauh ini yang saya perhatikan dari Mahasiwa/i Indonesia di sini yang matang tata bahasa dan metodologi, namun kritik dan kesalahan tetap disampaikan dari Penguji sidang kepadanya. Hasil akhir yang diumumkan ketua sidang dengan predikat Hasan, itu bagi saya sudah sangat luar biasa. Tidak banyak mahasiswa Tunisia sendiri dapat predikat tersebut apalagi Non-Arab.
Di lain sisi pada hari yang sama pukul 09.00 CET Sukirno Tarwadi, mahasiswa Universitas Zaitunah Jurusan Aqidah dan Perbandingan Agama, yang juga anggota Lakpesdam PCI NU Tunisia berhasil mempertahankan Risalah Thesisnya dengan judul “ Al- Islam wa Tanawwu’ Atsaqofy fi Arkhabil al Malayu” (islam dan keberagaman budaya di Kepulauan Nusantra).
Dr. Aisyah selaku pembimbing langsung membuka kata pengantar dengan pujian terhadap anak didiknya itu karena keuletan dan kesabaranya hingga mampu menyelesaikan tesisnya dengan baik serta tema yang diambil cukup menarik dan termasuk wacana baru di kalangan mahasiwa di Zaitunah.
Sedangkan sang penguji pertama, Dr. Syukri El Baji mengkritik tata bahasa dan metodologi penulisan yang diterapkannya. Itu semua bisa dimaklumi dari penguji, karena itu banyak juga terdapat di mahasiswa Tunisia baik tata bahasa apalagi metodologi penulisanya belum matang.
Adapun ketua sidang dan sebagai penguji ke dua Dr. Abdul Qodir Ennaffati, beliau mengakui bahwa Kang Kirno sapaan akrabnya adalah mahasiswa yang aktif. Dosen yang mengajar Ilmu Kalam dan Aqidah ini juga mengamati betul perkembangan Islam, dan pelbagai alirannya yang muncul dewasa ini. Beliau sangat mengpresiasi kajian dalam tesis tersebut tentang bagaimana Islam datang ke Indonesia tanpa mempermasalahkan kultur yang ada. Islam masuk ke Indonesia dan mampu berdamai dengan budaya lokalnya yang kemudian melahirkan akulturasi budaya yang apik. Justru penyebaran islam di sana dominan menggunakan kesenian dan penerapan Akhlak dan sopan santun.
Taufik Imron selaku Ketua PCI NU Tunisia ketika dimintai tanggapan tentang sidang Kang Kirno, ia mengatakan ada yang beda dari sosok Penguji yang satu ini. Biasanya beliau tidak begitu mendetail dalam memberikan komentar dan kritiknya. Namun kali ini beliau cukup banyak dalam berkomentar dan mengkritik. Bahkan beberapa kali melontarkan pertanyaan yang kritis kepada Kang Kirno dan mampu menjawabnya dengan baik dan santai. Sisi lain juga mungkin karena penguji sangat dekat dan tahu betul bagaiman ia belajar sewaktu diajar. Untuk itu semua kritik dan komentarnya tidak lain karena untuk kebaikan anak didiknya.
Sidang keduanya berjalan lancar dan dihadiri oleh beberapa masyarakat Indonesia di Tunisia dan mahasiswa Indonesia. Dan keduanya berhasil mempertahankan tesisnya hingga meraih predikat Cumlaude. (adi)