Haddad Alwi: Saya Muslim Bermazhab Cinta
Pelantun Shalawat Nabi, Haddad Alwi, belum lama menerima perlakuan persekusi dari sekelompok orang. Ketika itu, terjadi di Sukabumi, Haddad Alwi justru sedang mengajak umat Islam para hadirin, dalam forum pengajian itu, untuk selalu melantunkan Shalawat Nabi.
Terlepas dari kasus ini sedang ditangani aparat kepolisian, Haddad Alwi mengalami banyak hal getir dalam perjalanan hidupnya. Juga perjalanan ia berdakwah melalui lantunan Shalawat Nabi dan Cinta Rasul. Ada yang pernah mengembuskan bahwa Haddad Alwi berbau Syiah.
Benarkah demikian? Benarkah Haddad Alwi Syiah?
Inilah yang hendak dijawab Haddad Alwi dalam testimoni yang dihadirkan ngopibareng.id secara bersambung ini. Berikut bagian ketiga testimoni Haddad Alwi:
Dalam beragama, saya bukan tergolong orang yang berpegang pada sikap fanatisme penuh terhadap mazhab tertentu.
"Semua ajaran yang saya pandang baik akan saya lakukan meskipun ajaran itu bersumber dari berbagai mazhab yang berbeda. Saya juga berupaya menghindari sikap ashobiyah (yaitu semangat fanatisme golongan, kelompok, partai, atau mazhab sambil mengedepankan kepentingannya sendiri dan melupakan kepentingan yang jauh lebih besar).
"Ashobiyah itu sebenarnya perilaku jahiliyah, dan Rasulullah saw sangat membenci dan berupaya membuang jauh-jauh tradisi jahiliyah tersebut, sebab ashobiyah itu cenderung membelenggu akal sehat dan menjadi biang perpecahan dan perselisihan di antara kaum Muslimin.
"Bagi umat Islam yang hidup di zaman Rasulullah saw, pasti mudah mencari jalan penyelesaian atas perselisihan yang terjadi. Mereka hanya perlu datang dan bertanya kepada Rasulullah, lalu beliau menjawab, dan akhirnya selesai sudah persoalannya.
"Namun kita yang hidup 15 abad setelah Rasulullah saw hanya bisa memahami ajaran Islam dari Al-Qur’an yang pasti otentik tapi multi-tafsir, plus ribuan riwayat yang diwarnai perbedaan bahkan sebagian bertentangan. Karena itulah muncul beberapa ulama yang akhirnya menjadi imam-imam mazhab.
Nah, Haddad Alwi tidak mau dibelenggu oleh satu mazhab tertentu. Di dalam keadaan seperti ini, kalau kita tidak cermat menggunakan akal sehat dan nurani, siapa yang menjamin praktek keberagamaan kita adalah benar 100 persen?
Faktanya, tidak satu pun di antara para imam mazhab pernah mengeluarkan ucapan jaminan kebenaran itu. Menurut saya, saat ini kita sedang dalam suasana fitnah (guncangan). Lihatlah maraknya perselisihan ummat beberapa tahun belakangan ini di kawasan Timur Tengah, Asia Tengah, Asia Selatan, dan akhirnya di Asia tenggara termasuk Indonesia.
Dalam kondisi seperti ini, ketulusan dan kebersihan hati seraya memohon pertolongan dan petunjuk dari Allah SWT adalah jalan yang terbaik.
Lalu apa mazhabnya Haddad Alwi?
Sebelum menjawab pertanyaan ini, perlu saya sampaikan dulu bahwa siapa pun yang sudah berikrar laa ilaaha illallaah, muhammadan rasuulullaah (tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah), maka dia tidak boleh dikafirkan. Kalau dia menyempurnakan diri dengan melaksanakan shalat lima waktu, mengeluarkan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan berhaji ke Makkah jika mampu, maka kita sebut dia sebagai Muslim seutuhnya, tidak peduli apa mazhabnya.
Menurut saya, mazhab itu bukanlah agama karena istilah mazhab tidak dikenal di zaman Rasulullah dan para sahabat. Isu mazhab baru ada ratusan tahun setelah Rasulullah wafat. Jadi mazhab itu bagi saya sekadar “kendaraan”.
Ibarat sebuah perjalanan, kadang orang merasa lebih nyaman berkendara dengan mobil (mobil pun banyak jenisnya). Ada yang memilih bersepeda motor karena alasan lebih praktis dan mudah menghindari kemacetan di jalan raya.
Ada pula yang memilih naik sepeda ontel karena alasan lebih baik untuk kesehatan badan. Alhasil, apa pun kendaraannya, bahkan yang memilih tanpa kendaraan alias jalan kaki pun, pada akhirnya mereka akan sampai di tujuan.
Kembali kepada pertanyaan di atas, maka saya tegaskan bahwa Haddad Alwi adalah seorang Muslim bermazhab Cinta ̶ cinta Allah, cinta Rasulullah, cinta umatnya Rasulullah, cinta sesama manusia, dan cinta semua makhluk Allah. Inilah mazhabnya kaum Muslimin terdahulu, mazhabnya keluarga Nabi, dan mazhabnya para sahabat Nabi.
Adapun aliran yang dianut Haddad Alwi adalah aliran Persatuan: bahwasanya setiap yang mengaku umat Rasulullah wajib bersatu dalam bingkai la ilaha illallah muhammadan rasulullah, bukan dalam bingkai mazhab A, B, C, atau lainnya; bukan dalam bingkai aliran A, B, C, atau lainnya.
Inilah aliran yang dianut oleh kaum Muslimin terdahulu, aliran yang dianut keluarga dan para sahabat Nabi. (Bersambung)
Advertisement