Haddad Alwi: Mereka Bertindak Tanpa Etika
Pelantun Shalawat Nabi, Haddad Alwi, belum lama menerima perlakuan persekusi dari sekelompok orang. Ketika itu, terjadi di Sukabumi, Haddad Alwi justru sedang mengajak umat Islam para hadirin, dalam forum pengajian itu, untuk selalu melantunkan Shalawat Nabi.
Terlepas dari kasus ini sedang ditangani aparat kepolisian, Haddad Alwi mengalami banyak hal getir dalam perjalanan hidupnya. Juga perjalanan ia berdakwah melalui lantunan Shalawat Nabi dan Cinta Rasul. Ada yang pernah mengembuskan bahwa Haddad Alwi berbau Syiah.
Benarkah demikian? Benarkah Haddad Alwi Syiah?
Inilah yang hendak dijawab Haddad Alwi dalam testimoni yang dihadirkan ngopibareng.id secara bersambung berikut ini.
Ketika album “Cinta Rasul” (CR) volume pertama dirilis pada 1999, secara mengejutkan terjadi perubahan fenomenal di dunia musik anak-anak Indonesia. Posisi album-album pop yang ketika itu merajai pasar musik Indonesia tergeser oleh album CR yang bergenre religi.
Gema lagu-lagu shalawat Haddad Alwi & Sulis merambah sampai ke pelosok-pelosok Nusantara, dan berjuta-juta anak Muslim Indonesia menjadi akrab dan hafal semua lagu dalam album tersebut.
Kaset, CD, dan VCD album CR saat itu terjual dalam jumlah jutaan keping ̶ suatu angka yang spektakuler untuk jenis album religi.
Sampai dengan album CR volume 3, respon masyarakat Indonesia 100 persen positif. Tidak ada kritik ataupun protes dari elemen mana pun. Alih-alih protes, kami justru menerima ribuan surat dan telepon dari berbagai pelosok negeri yang intinya mengapresiasi dan mendukung.
Bahkan, tak sedikit di antara mereka mengungkapkan rasa terima kasih atas kehadiran lagu-lagu shalawat CR karena telah memberi manfaat yang besar bagi pendidikan anak-anak Indonesia.
"Beberapa kisah dalam surat itu bahkan membuat kami terharu, di antaranya adalah terjadinya perubahan sikap seorang anak yang asalnya keras dan tak mempedulikan orangtuanya, berubah menjadi anak yang hormat, taat, dan berbakti kepada keduanya," tutur Haddad Alwi, berkisah.
Ada pula yang mengaku terus terang bahwa salah satu lagu dalam album CR yang berjudul Al-I’tirof (Sebuah Pengakuan) telah menyebabkan dirinya bertobat dari perbuatan dosa dan maksiat yang dia lakukan.
Memasuki tahun keempat, mulailah muncul komentar dari segelintir orang yang mempertanyakan apakah shalawat yang dilantunkan dengan iringan musik itu dibolehkan dalam Islam atau tidak.
Lantas keluar kritik bahwa sebagian lirik lagu-lagu Haddad Alwi diambil dari riwayat atau hadis yang dha’if (lemah). Beberapa waktu kemudian mulai ada komentar bahwa lagu-lagu Haddad Alwi berbau ajaran Syi’ah.
Puncaknya, pada tahun 2011 keluar tuduhan langsung bahwa Haddad Alwi adalah penganut ajaran Syi’ah dan bahkan belakangan ̶- melalui beberapa situs internet dan spanduk-spanduk jalanan ̶ Haddad Alwi bersama beberapa orang tertentu dinisbatkan sebagai jaringan pendakwah ajaran Syiah.
Sayangnya, menurut Haddad Alwi, semua pernyataan, penisbatan, dan tuduhan sepihak itu tanpa dilandasi fakta yang benar dan tidak mengacu pada etika Islami.
"Saya tidak pernah ditanya langsung atau dimintai klarifikasi (tabayyun) oleh para penulis itu. Dan tanpa etika pula, di dunia internet tulisan-tulisan tersebut justru di-copy-paste oleh sebagian orang di blog-blog mereka maupun di media sosial lainnya (facebook, twitter, dsb).
"Sebagai korban, saya cuma bisa ber-istighfar sambil berdoa semoga Allah SWT mengampuni para penebar fitnah tersebut yang notabene adalah saudara-saudara saya sendiri.
"Saya bukan mengkhawatirkan hancurnya karir dan nama baik saya, karena saya percaya bahwa Allah SWT Mahakuasa atas segalanya. Jika Dia menghendaki saya berjaya, maka tidak seorang pun mampu membuat saya celaka.
"Sebaliknya, jika Allah menghendaki saya hancur, maka tak seorang pun mampu mencegahnya. Melalui tulisan ini saya ingin mengungkapkan kesedihan dan keprihatinan saya, bahwa di tengah kondisi umat Islam yang sedang tertekan, dimandulkan dan “dihabisi” oleh musuh-musuhnya.
"Sebagian penganutnya justru asyik berperang antar-mazhab, doyan mengkafirkan sesama, saling caci, saling tuduh, bahkan saling bunuh antar-saudara."
Demikian penjelasan Haddad Alwi, seperti dilansir akun facebook ala_nu.
Berkaitan dengan isu tentang pribadi Haddad Alwi itu, "sebenarnya saya tak berminat mengklarifikasinya. Saya bukanlah tipe orang yang suka berdebat atau bersilat lidah, apalagi dalam hal yang saya anggap tidak penting, seperti perdebatan masalah mazhab dan khilafiah (beda pendapat).