Hadapi Resesi, LDII Ingatkan Pemerintah Segera Ambil Solusi
DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia ( LDII ) mengingatkan pemerintah segera mengambil sikap sebagai solusi menghadapi resesi ekonomi dunia.
LDII memandang ada empat masalah sebagai pemicu resesi. Antara lain tingginya harga energi dalam hal ini minyak dan gas bumi (migas) dan melonjaknya harga pangan. Di beberapa negara suhu ekstrem memicu kekeringan yang mengakibatkan air mengering. Sementara kemajuan teknologi mendorong negara-negara maju mencari sumber-sumber logam langka.
Pandangan tersebut disampaikan oleh Ketua Umum DPP LDII Chriswanto Santoso, kepada Ngopibareng.id di Jakarta, psda Rabu, 20 Juli 2022.
“Kita sedang melihat imbas rebutan energi, pangan, air, dan logam langka. Dunia kini terjerumus resesi, yang diperparah dengan perang di Eropa Timur, antara Rusia dan Ukraina,” kata Chriswanto.
Ia pun mengingatkan, agar bangsa Indonesia bertindak sebelum krisis tersebut memuncak dan merugikan negara, “Imbasnya masyarakat yang terdampak. Ini jadi tugas kita semua bukan hanya tugas negara,” paparnya. Segala potensi untuk melestarikan dan memproduksi empat komoditas yang jadi rebutan negara-negara maju,” ujarnya.
Menurutnya posisi Indonesia di khatulistiwa, memungkinkan energi panas bumi dan matahari dimanfaatkan semaksimal mungkin sebagai pengganti minyak bumi, “Ada 40 persen kandungan panas bumi dunia ada di Indonesia. Sementara sinar matahari yang melimpah bisa dijadikan listrik. Kami telah memanfaatkan energi matahari sebagai sumber listrik di Pondok Pesantren Wali Barokah Kediri dan Ponpes Minhaajurrosyidiin, Jakarta,” ujar Chriswanto.
Sementara air dan logam langka harus dikelola bangsa Indonesia, untuk kemakmuran rakyat Indonesia, “Untuk itu, kampus-kampus harus makin inovatif untuk mengolah air dan logam langka. Jangan sampai logam langka hanya diekspor mentahnya, tidak memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi,” paparnya.
Persoalan besarnya, negara-negara maju untuk menguasai empat sumber daya alam itu tidak hanya berdagang. Tapi sekaligus menguasai negara tersebut, “Isu-isu demokrasi dan agama dihembuskan, hingga pemerintahannya dikudeta sebagaimana Arab Spring. Lalu negara dan sumber dayanya dikuasai asing,” imbuhnya.
Untuk itu, ia meminta segenap bangsa Indonesia menjaga kebhinnekaan, persatuan, dan kesatuan bangsa. Dengan bersatu dan menghayati arah perjuangan pendiri bangsa, ia optimistis Indonesia akan menjadi bangsa yang besar.
Chriswanto menggarisbawahi, pendidikan dan pelatihan untuk mengelola sumber daya juga harus dilakukan oleh anak bangsa.
Pentingnya Membangun SDM
Senada dengan Ketua Umum DPP LDII, anggota DPR RI Komisi IX Saniatul Lativa mengatakan pentingnya membangun SDM dalam skala komunitas, agar sumber daya yang dimiliki Indonesia bisa ditangani tenaga terampil di dalam negeri.
“Untuk menjembatani kesenjangan dengan dunia kerja dan SDM tenaga kerja, Komisi IX DPR RI menggagas program Balai Latihan Kerja (BLK). Diharapkan dengan BLK kompetensi tenaga kerja Indonesia meningkat. “BLK ini nantinya akan memberikan keterampilan yang dibutuhkan oleh perusahaan,” ujar Saniatul Lativa.
Terdapat BLK komunitas, tambahnya, dikhususkan komunitas maupun pondok-pondok pesantren yang bertujuan untuk membuka pandangan para santri, masyarakat sekitar maupun komunitas yang ini berwirausaha. “Jadi, tidak mengandalkan menjadi karyawan dan mengandalkan bekerja di perusahaan tapi lebih meningkatkan kemampuannya sehingga bisa berwirausaha,” ucap Saniatul Lativa.
Menurutnya, LDII membina banyak pondok pesantren yang bernaung di bawahnya. Saniatul Lativa melihat angkatan kerja muda LDII perlu dibekali kompetensi kemandirian. “Untuk mendapat bantuan BLK, Pondok pesantren LDII barangkali bisa berkoordinasi DPR RI yang ditugaskan di Komisi IX yang ada di masing-masing daerah pemilihan (Dapil),” ujarnya.
Sementara itu, anggota Komisi VI DPR RI Singgih Januratmoko mengatakan para wakil rakyat terus mendorong Badan Usaha Milik Negara (BUMN) makin kreatif dan inovatif. Apalagi pemerintah baru saja menyuntikkan Penyertaan Modal Negara (PMN), kepada Perusahaan Listrik Negara (PLN), “Tujuannya, selain membangun infrastruktur kelistrikan adalah untuk mengembangkan energi baru terbarukan,” ujar Singgih.
Menurut Singgih, kebutuhan listrik yang terus melonjak tak bisa ditangani hanya mengandalkan batu bara atau diesel, “Selain tidak ramah lingkungan juga boros. Sangat rentan dengan isu-isu global seperti pemanasan global, perang dan embargo,” paparnya. Apalagi bila dikaitkan dengan geopolitik, masalah energi fosil sangat tidak stabil.
Ia berharap, dengan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia, masalah energi segera terselesaikan. Menurut Singgih, untuk membangun peradaban modern diperlukan energi sekaligus kedaulatan energi itu sendiri.
Advertisement