Hadapi Muktamar NU, KH Said Aqil Siapkan Tim Sukses ala Pilpres
Untuk mempertahankan posisinya sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siroj menyiapkan struktur tim pemenangan menyerupai pemilihan presiden (pilpres). Ada penasihat, pelaksana hingga koordinator wilayah dengan melibatkan sekitar 150 ulama dan tokoh NU.
Dalam struktur penasihat terdapat beberapa tokoh dari Jawa Timur antara lain Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, Ketua Umum PP Muslimat NU. Ada pimpinan pondok pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang KH Hasib Wahab, Ketua Umum Ikatan Sarjana NU Ali Masykur Musa serta mantan anggota DPR RI Effendi Choiri.
Pelaksana, selaku Ketua Umum KH Marsyudi Suhud, wakilnya Akhmad Moqowam. Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini diposisikan sebagai ketua. Sekretaris Umum, Al Amin Nur Nasution. Bendahara Umum Lukman Edy, politisi PKB/mantan Menteri Pembangunan Desa Tertinggal. Selain ini, di setiap provinsi terdapat koordinator wilayah masing masing tiga sampai lima orang.
Untuk koordinator pemenangan wilayah Jatim, terdapat nama Robikin Emahas (Staf khusus Wapres). KH Lukman Haris, Amin Said Ghofur, Masbukin Perdana serta Imam Pituduh.
Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini dikonfirmasi mengatakan tidak sependapat ada istilah rebutan kursi Ketua Umum PBNU. Setiap kepemimpinan itu ada batas waktunya untuk dievaluasi.
"Ciri khas di NU tidak ada yang namanya rebutan jadi imam, rebutan jadi awam yang banyak," kata Helmy Kamis 21 Oktober 2021.
Sementara dari sejumlah nama yang tercantum dalam tim pemenangan, baru koordinator wilayah Sulawesi Selatan Andi Jamaro Dulung yang memberikan konfirmasi. Ia membenarkan menjadi koordinator pemenangan Said Aqil di Sulawesi Selatan. Koordinator wilayah ini yang akan mengkondisikan cabang cabang supaya dalam muktamar nanti satu suara.
Ketua Ikatan Gus Gus Indonesia (IGGI) Gus Fachru Rozi, yang lantang menyuarakan sebagai pendukung calon Ketua Umum PBNU KH Yahya Staquf (Gus Yahya) menyatakan untuk Gus Yahya tak memakai tim pemenangan. Semua berproses dan berjalan secara alami.
"Di sinilah bedanya antara dicalonkan dengan mencalonkan diri itu," kata Kiai muda asal Malang Jawa Timur.
Menurut Gus Fachrur karena Gus Yahya dikehendaki sebagian besar wilayah dan cabang untuk memimpin NU maka tidak perlu membentuk tim pemenangan serumit tim pemenangan pemilihan presiden. Cukup koordinasi dengan wilayah secara masif.
"Itulah enaknya kalau dicalonkan, nggak ngoyo. Beda dengan yang mencalonkan diri, harus ngoyo dan kudu akeh bandane," sindir Gus Fachrul ketika dihubungi Ngopibareng.id Kamis, 21 Oktober 2021.
Kata Fachrur, kalau Kiai Said Aqil merasa dicalonkan seharusnya tidak perlu membuat tim pemenangan segemuk itu. Itu malah menandakan Kiai Said ketakutan karena menjilat ludah sendiri.
"Sebelumnya kan sudah bilang tidak mencalonkan lagi cukup dua periode saja. Tapi faktanya mencalonkan lagi setelah didorong-dorong oleh orang orang takut kemapanannya terusik bila Kiai Said tidak jadi Ketua Umum PBNU lagi," ujar Fachrur.
Sementara di beberapa wilayah muncul penolakan terhadap Said Aqil. Mereka tak menghendaki NU dipimpin kembali oleh Kiai Said Aqil. Kelompok yang menamakan dirinya NU tulen ini menghendaki suksesi Ketua Umum PBNU.
"Salah satu penyebabnya adalah gaya kepemimpinan Said Aqil yang dinilai keluar dari Khittah NU dan tidak menjaga keharmonisan hubungan dengan ormas Islam yang lain," kata Fachrur.
Advertisement