Hadapi Kemarau, BPBD Bondowoso Mulai Petakan Desa Rawan Kekeringan
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bondowoso Jawa Timur mulai memetakan sejumlah rawan kekeringan di Bondowoso saat musim kemarau. Ini menyusul prakiraan BMKG yang menyatakan mulai Juni 2024 telah memasuki musim kemarau hingga puncak kemarau pada Agustus dan September 2023.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Bondowoso, Sigit Purnomo mengatakan, pemetaan desa rawan kekeringan ini sebagai antisipasi penanganan dan mitigasi lebih dini menghadapi musim kemarau. Pemetaan mengacu data wilayah kekeringan di Bondowoso pada 2023.
"Berdasarkan data wilayah kekeringan pada 2023, BPBD telah memetakan ada 21 Desa tersebar pada 14 Kecamatan dari total 23 Kecamatan di Bondowoso rawan kekeringan saat musim kemarau panjang 2024," jelas Sigit, Jumat 7 Juni 2024.
Ke-21 Desa rawan kekeringan tersebut, Desa Cermee, Kalitapen, Klabang, Wonosari, Pakuwesi, Pecalongan, Badean, Penanggungan, Sukokerto, dan Sumbergading. Kemudian Desa Sulek, Pakisan, Maskuning Wetan, Kejayan, Tarum, Wonosari Grujugan, Walidono, Toal, Jatisari, Sumberdumpyong, dan Selokembu.
"Desa-desa tersebut (21 Desa) merupakan wilayah rawan kekeringan di Bondowoso setiap musim kemarau panjang. Dengan melakukan pemetaan, BPBD bisa lebih dini mengantisipasi dan mitigasi dampak kekeringan," terang Sigit didampungi Kabid Kesiapsiagaan dan Pencegahan BPBD Bondowoso, Yuliono Triandana.
Salah satu antisipasi dampak kekeringan, menurut Sigit, BPBD bekerja sama dengan PDAM Bondowoso untuk melakukan dropping air bersih ke wilayah rawan kekeringan saat musim kemarau. Selain itu, jika memungkinkan membangun sumur bor seperti dilakukan pada 2023.
"Musim kemarau panjang 2024 tidak hanya berpotensi terjadi kekeringan pada 21 Desa yang telah dipetakan BPBD Bondowoso. Tapi, juga berpotensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang juga menjadi antisipasi BPBD," pungkas mantan Kepala Disparpirahub dan Diskoperindag Bondowoso itu.