Habib Umar: Tirulah Akhlak Nabi, Bukan Fisik dan Pakaiannya
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Madinah, Gunungpati, Semarang, Habib Umar Al-Muthohar mengatakan, kondisi fisik Nabi Muhammad SAW tidak wajib ditiru. Karena, menjadi hak prerogratif Allah SWT dalam menciptakan bentuk manusia.
"Yang wajib ditiru adalah akhlak Nabi dalam kehidupan sehari-hari manusia karena akan membawa keselamatan dunia dan akhirat.
“Allah yang membentuk fisik manusia, termasuk fisik Nabi Muhammad dan tidak wajib ditiru bentuk fisiknya,” tutur Habib Umar.
Sebagai umat Nabi, lanjutnya, tidak harus menyesuaikan bentuk fisik Nabi seperti berhidung mancung, ganteng, ataupun berjubah dalam berpakaian. Yang wajib ditiru adalah meneladani perilaku dan akhlak Nabi karena dia satu-satunya teladan umat manusia.
Pribadi Nabi, lanjut Habib Umar, sudah ditempa sejak masih kecil berupa pengasuhan oleh Halimatus Sa‘diyah. Dalam artian, Nabi SAW sudah mondok sejak masih kecil. Diri Nabi juga memiliki keistimewaan berupa sifat jujur yang menjadi mata uang dan berlaku di mana-mana.
Allah SWT memberikan contoh berupa manusia yakni Nabi Muhammad agar bisa ditiru oleh manusia.
“Kuasa Allah dengan menurunkan manusia sebagai Nabi, bukan malaikat ataupun setan agar bisa diterima dan ditiru oleh manusia,” tegasnya.
Jadi manusia bisa meniru akhlak Nabi, lanjutnya, karena Nabi berupa manusia yang berakhlakul kharimah.
Habib Umar menjelaskan, perjalanan hidup Nabi juga selalu dibimbing Allah SWT. Pada tahapan Muhammad sebelum menjadi nabi, dia diberi kelebihan oleh Allah berupa ilmu, iman, dan akhlaqul karimah sehingga ketika menjadi pemimpin, Nabi sudah memiliki ilmu, iman, dan akhlak yang mulia.
“Nabi telah mendapat legitimasi sebagai orang yang paling jujur dengan gelar Al-Amin,” ungkapnya.
Untuk mencapai kesuksesan, sambungnya, ia mengutamakan kejujuran. Dengan jujur, maka ia akan sukses. Nabi berdagang dengan jujur, maka dagangannya laris luar biasa.