Habib Umar: Nabi Adakan Perjanjian Damai dengan Kelompok Lain
Habib Umar bin Hafidz berpesan tentang saat-saat berjihad, dan pentingnya berdakwah dengan jalan damai.
"Ketahuilah bawah baginda Muhammad SAW tidak menunaikan jihad (perang) kecuali telah datang izin dari Allah. Bahkan ketika sudah mendapatkan izinpun beliau selalu berusaha mendamaikan sesama manusia, hingga mengadakan perdamaian dengan orang musyrik yang dulu telah memerangi kaum Muslimin.
Bahkan, Baginda Nabi juga mengadakan perjanjian-perjanjian damai dengan kelompok-kelompok kafir. Hingga dalam peperanganpun Baginda Nabi selalu berusaha meminimalisir adanya korban jiwa (dan pertumpahan darah).
Setelah perangpun baginda Nabi berusaha mengubah kondisi (agar) lekas tenang, damai, aman, dan tenteram. Bukannya setelah perang lantas menyebarluaskan fitnah, keburukan, dan kemudaratan yang baru. Maka bertakwalah kalian warga Indonesia kepada Allah.
"Wahai saudaraku di Indonesia, ketahuilah strategi musuh-musuh Allah yang telah memporakporandakan negara Islam. Mereka berharap kehancuran setiap negara yang memiliki pondasi ilmu yang kuat, kebaikan, perdamaian, perkembangan, dan tradisi-tradisi yang terjaga," kata Habib Umar bin Hafidz.
Di sejumlah tempat yang dikunjungi, ulama asal Hadhramaut, Yaman, ini memberikan pesannya kepada bangsa Indonesia. Habib kharismatik ini memang dikenal memiliki kedekatan dengan ulama-ulama dan umat Muslim di Indonesia. Habib Umar pun berkesempatan berkunjung ke PBNU yang diterima langsung Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dan jajarannya.
"Kehancuran ini dimulai dari silang pendapat yang mengatasnamakan memerangi kemusyrikan, kakafiran, dan kezaliman. Sehingga keadaan yang sebelumnya adalah tradisi yang baik, berubah menjadi perpecahan. Kemudian (tinggal) menunggu runtuhnya kekuatan umat.
"Hendaknya para ulama dan santri-santri yang menisbatkan dirinya pada agama, menjauhkan diri (dan umatnya) dari pemahaman-pemahaman yang berdampak pada keburukan hati, jiwa, dan pribadi mereka. Jika tidak, kejadian-kejadian pahit akan berulang kembali ke mereka tanpa ada kejelasan dan kewaspadaan.
"Seperti orang fanatik yang berjalan di bawah payung sektarian, sebagaimana dijelaskan Nabi: “Mereka ini tidak mengerti tindakan mereka akan berujung pada apa, di mana harus berhenti, dan seperti apa akibat tindakannya. Tidak hanya mereka, semua orang pun menerima dampaknya.”
Habib Umar mengingatkan, fakta yang terjadi di sejumlah negara di Timur Tengah menjadi pelajaran penting. Khususnya bagi bangsa Indonesia, yang mayoritas penduduknya penganut Islam.
"Nyata sekali gambaran yang terpampang di hadapan kalian, bahwa sesuatu telah terjadi di Suriah, di Libya, di Irak, dan yang dialami di sebagian bumi Yaman, serta negara yang lain," tutur tokoh yang disebut Guru Mulia oleh Habib Munzir Almusawa, almarhum.
"Inilah hasil dari pergerakan yang mengatasnamakan Islam akhir-akhir ini. Lihatlah Somalia dalam rentang dua puluh tahun ini; tidak ada yang bertambah kecuali permasalahan dan problem baru, di atas tumpukan permasalahan yang lain," kata Habib Umar, berpesan di hadapan sejumlah tokoh Muslim Indonesia, dalam rangkaian kunjungannya, belum lama ini.
"Maka takutlah kepada Allah di dalam (menjalankan) amanat yang kalian emban. Dalam setiap kewajiban kepada Tuhan kalian. Kewajiban kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), bangsa, dan negeri kalian sendiri.
"Jangan sampai disusupi anasir-anasir buruk (sebagian mereka adalah orang kafir) yang bertujuan menghancurkan Islam, kemajuannya, mendorong kalian untuk saling menumpahkan darah, dan menghentikan laju pertumbuhan negara kalian.
"Maka bersabarlah, pererat silaturahmi (dan hubungan baik). Hindari seluruh kesempatan untuk menjadi musuh Allah. Semoga Allah melindungi kita semua dari musuh-musuhNya, kezaliman mereka, dan mengumpulkan kita semua bersama orang-orang yang dicintai Allah SWT. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam," kata Habib Umar bin Hafidz.