Habib Luthfi: Yakinlah, Para Waliyullah Tidak Mati
Menurut Maulana Al Habib Muhammad Luthfi bin Yahya, para wali Allah tetap hidup di alam kuburnya (barzakh) seperti kehidupan mereka di dunia.
Habib Luthfi bin Yahya yang belum lama ini dilantik menjadi Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) menuturkan kisah-kisah para Waliyullah.
Para wali yang ahli tahajjud tetap tahajjud di alam kuburnya. Yang ahli tadarus Qur’an tetap tadarus Qur’an. Yang ahli silaturahim tetap silaturahim. Dan seterusnya. Hal ini sebagai kenikmatan yg mereka alami di alam kubur.
Jika ada para peziarah berdiri mengucapkan salam dan doa-doa, maka si wali yang diziarahi juga ikut berdiri, menjawab salam dan mengamini doa-doanya.
Jika para peziarah membaca Yasin, tahlil, dsb, maka si wali juga ikut membacanya. Jika para peziarah tawassul, maka beliau ikut mendo’akan.
Di antara wali ada yang ahli darok (menolong), sering keluar dari kuburnya ke alam dunia ini untuk menolong para pecintanya. Di antara wali yang ahli darok adalah Mbah Hasan Minhajul ‘Abidin, Gabutan, Solo. Banyak cerita nyata dari para pecintanya yang membuktikannya.
Di antara mereka ada yang ditolong dari kecelakaan, perampokan, dll. Sebagian mereka ada yg ingin sowan ke ndalem beliau sebagai rasa terima kasih dengan membawa oleh-oleh, layaknya orang yang akan sowan kyai.
Namun, mereka kaget setelah ditunjukkan oleh penduduk setempat, bahwa Mbah Hasan Minhaj itu sudah wafat dengan inilah makamnya.
Ada lagi, Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf Gresik. Walau jasadnya sudah dikubur di bumi puluhan tahun lalu, namun tak sedikit orang yang pernah ditolongnya. Bahkan ada seorang muhibbin yang sakaratul maut dituntun membaca kalimat tauhid olehnya.
Dalil tentang hal ini di antaranya adalah ayat yang menjelaskan bahwa para syuhada’ (orang mati syahid) tetap hidup di alam kuburnya, yakni ayat :
[ ﺳﻮﺭﺓ ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ : ﺍﻵﻳﺎﺕ ١٥٤ ]
ﻭَﻻ ﺗَﻘُﻮﻟُﻮﺍ ﻟِﻤَﻦْ ﻳُﻘْﺘَﻞُ ﻓِﻲ ﺳَﺒِﻴﻞِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺃَﻣْﻮﺍﺕٌ ﺑَﻞْ ﺃَﺣْﻴﺎﺀٌ ﻭَﻟﻜِﻦْ ﻻَّ ﺗَﺸْﻌُﺮُﻭﻥَ ( ١٥٤ )
“Jangan kalian katakan bagi orang yang dibunuh di jalan Allah, (mereka) itu orang-orang mati ! Namun, mereka adalah orang-orang yang hidup, tetapi kalian tidak menyadarinya.”
Jika para syuhada’ saja mendapat karunia tetap hidup di alam kuburnya, maka para ulama’ dan wali pasti mendapat karunia lebih besar, mengingat derajat mereka lebih tinggi.
Di Indonesia jumlah makam wali sangat banyak dgn berbagai tingkatannya, nomor kedua setelah Hadramaut, Yaman. Banyak kitab yg menulis biografi para wali di Timur Tengah, seperti kitab Jami’ Karomatil Auliya’, Thobaqotul Auliya’, dan yang lainnya
Cintailah mereka para auliya'illah dan orang-orang shalih. Wallahu a'lam.