Habib Luthfi, Teladan dalam Politik Kebangsaan
Maulana Habib Luthfi bin Yahya merupakan tokoh penting di Indonesia, yang memberi kesejukan nilai-nilai sufi dan sekaligus teladan kebangsaan.
Hal ini disampaikan Dr. Hasan Chabibie, pengurus LP Maarif PBNU, pada agenda bedah buku Cahaya dari Nusantara, pada Kamis (08 September 2022) di Semarang, Jawa Tengah.
Agenda bedah buku ini, diselenggarakan di Pesantren Gunung Jati Ba’alawy Semarang. Dihadiri oleh Habib Muhdhor Assegaf (penulis buku), Dr. Hasan Chabibie (LP Maarif PBNU, Kepala Pusdatin Kemendikbud Ristek), Ajengan Didin Ahmad Zaenuddin (Pengurus Pusat LESBUMI), Husni Mubarok (UIN Semarang) serta beberapa akademisi di Jawa Tengah.
Agenda ini juga menjadi rangkaian silaturahim Ulama dan Umaro’, silaturahim daerah wanita Lajnah Thoriqoh an-Nahdliyyah dan Taaruf dengan Syu’biyyah JATMAN Jawa Tengah dan DIY, serta Haul ke-2 Almaghfurlah KH. Drs. Muhammad Masroni.
Hasan Chabibie mengisahkan, Maulana Habib Luthfi benar-benar menjadi teladan dalam prinsip dan politik kebangsaan, serta bisa berkomunikasi lintas bahasa secara indah.
Sowan dan cium tangan
“Saya ingin menyampaikan cerita, ketika agenda pertemuan MATAN NU di Makassar beberapa tahun lalu, banyak orang yang ingin sowan Maulana Habib. Begitu juga dengan saya, yang bersama ribuan orang yang hadir, ingin mencium tangan sekaligus sowan beliau.
"Masing-masing orang menyampaikan dengan bahasa masing-masing, dan Habib Luthfi menjawab dengan bahasa lokal masing masing-masing. Ada yang dari Bugis, dari Makassar, dari Madura, dari Jawa, dari Sunda, dan sebagainya. Ini teladan penting dari Maulana Habib,” ungkap Hasan.
Dari kisah Maulana Habib, Hasan Chabibie menyerap teladan penting bagaimana teladan berbahasa dan berkomunikasi secara nyaman dan indah. “Saya ingin sampaikan betapa buku ini menjadi penting, karena Habib Muhdlor berhasil merekam ribuan situasi, beragam suasana kebatinan yang ketika beliau mengiringi Maulana Habib Luthfi.”
Hasan juga menyampaikan betapa Maulana Habib sering mengajari kita semua tentang pentingnya persatuan, kesatuan dan kecintaan pada tanah air, dalam konteks politik kebangsaan dan keindonesiaan yang kokoh.
Hasan Chabibie menyampaikan betapa Maulana Habib Luthfi merupakan sinar yang menerangi murid-muridnya di seluruh Nusantara dan berbagai negara lain.
“Bagi saya, menyebut nama Maulana Habib Luthfi bin Yahya ini saya saja gemetar.Tentu tidak mudah, untuk menulis buku dengan tema ini, mengisahkan keseharian dan inti teladan Maulana Habib Luthfi. Saya tadi bertanya ke Habib Muhdhlor, resep apa Njenengan kuat menulis buku ini?,” ungkap Hasan.
Bagi Hasan, mendapat kesempatan untuk membersamai Habib Luthfi dan bisa merekam keseharian beliau, tentu keberkahan tersendiri.
“Menulis buku tentang seorang mursyid yang sama-sama kita ta’dzimi ini kan tidak mudah. Harus ada sirr bathiniyyah, yang menghubungkan Habib Muhdlor dengan dengan Maulana Habib sehingga buku ini selesai ditulis. Kalau tidak, ya tidak mungkin akan bisa. Pada titik inilah, saya tadi menanyakan kepada Habib Muhdlor, ini resepnya apa?”
Lebih lanjut, Hasan menyampaikan, tidak semua orang berkesempatan secara langsung, berinteraksi dengan Habib Luthfi.
“Kita sering hadir pada acara Kliwonan, maupun maulid dimana Maulana Habib memberikan ceramah. Namun, tidak semuanya mendapat kesempatan untuk berinteraksi secara langsung dalam waktu yang cukup lama.”
Buku ini, terang Hasan Chabibie, mampu menjadi jendela, mengobati rasa kangen, dan mengobati kerinduan tentang sosok Maulana Habib Luthfi bin Yahya.
“Buku karya Habib Muhdlor ini bisa menjadi jendela bagi kami, serta generasi muda yang berbagung di MATAN NU, ataupun organisasi lainnya, mampu meneladani nilai-nilai dari Maulana Habib Luthfi bin Yahya.”
MATAN NU juga akan menyelenggarakan rangkaian bedah buku ini di berbagai kawasan, dengan berkolaborasi dengan organisasi-organisasi pesantren, akademik dan kepemudaan.
Advertisement