Habib Luthfi: Rasulullah Teladan Perekat Umat Penyejuk Masyarakat
Habib Luthfi bin Yahya mengatakan, setelah Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi wasallam (SAW), tidak ada lagi Nabi. Namun Allah mengangkat seorang yang mukmin menjadi pewarisnya.
"Orang-orang yang diangkat menjadi pewaris Nabi adalah orang yang secara fisik sehat, terlebih juga sehat hatinya," tuturnya, saat Pengajian di Kanzus Sholawat, Jumat 16 Oktober 2020.
Menurut Habib Luthfi, Nabi Muhammad SAW berdiri di kalangan umat bukan hanya untuk pribadinya tetapi untuk umat, karena tanggung jawabnya kepada umat.
"Beliau akan menjadi contoh pola pikir yang sehat, menjadi perekat umat, perekat bangsa, penyejuk ummat dan bukan sebagai orang yang menakuti ummat," tutur Rais Aam Jam'iyah Ahlith Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah (JATMAN).
Aktivitas berdakwah Habib Luthfi bin Yahya tetap berjalan. Setiap agenda Jumat Kliwon menjadi agenda rutin di Kanzus Shalawat. Pada Jumat, 16 Oktober 2020 tetap dihadiri umat yang melimpah di kota Pekalongan itu.
Yang menarik dari dakwah Habib Luthfi adalah selalu menekankan adanya kecintaan terhadap Tanah Air.
Diingatkan, ada momentum penting terkait Nabi Muhammad SAW. Yakni, Maulid Nabi yang dalam dunia kita terus diperingati setiap kelahiran beliau (setiap tanggal 12 Rabiul Awwal) bukan lagi sebuah kesemarakan seremonial belaka.
"Tapi sebuah momen spiritual untuk menegaskan beliau sebagai figur tunggal yang mengisi pikiran, hati dan pandangan hidup kita," katanya.
Selain sebagai ekspresi rasa syukur atas kelahiran Rasulullah SAW, substansi dari peringatan Maulid Nabi adalah mengukuhkan komitmen loyalitas pada Nabi Muhammad SAW.
Maulid Nabi adalah bagian dari cinta terhadap bangsa dan negara atau hubbul wathan.
Kecintaan seseorang terhadap Tanah Air merupakan tanda keimanan seseorang terhadap Tuhan dan Nabinya. Oleh karena itulah, masyarakat diajarkan tidak meninggalkan sejarah.
"NKRI bukan politik. Tapi jati diri kita, NKRI harga mati. Harga diri kita, kehormatan kita. Kadar bobot iman seseorang, tergantung kecintaannya kepada Nabi Muhammad SAW. Kadar bobot cinta Tanah Air tergantung cinta kepada bangsanya sehingga kecintaan seseorang terhadap Tanah Air merupakan tanda keimanan seseorang terhadap Tuhan dan Nabinya," ujar Habib Luthfi bin Yahya.