Habib Luthfi, Lima Pandangan soal Musik, Dakwah dan Cinta Negeri
Konser Amal Muktamar ke-34 NU digelar di Jakarta, Senin 13 Desember 2021 malam. Menghadirkan Habib Luthfi bin Yahya, Addie MS, Padi Reborn, Gus Miftah, serta Seroja Feat Sumabudhaya.
Event budaya dimaksudkan untuk kesuksesan perhelatan organisasi Islam terbesar di Nusantara pada 23-25 Desember 2021 di Lampung. Berhasil mengumpulkan dana Rp2.144.400.000.
"Selain ulama yang disegana di dunia, Maulana Habib Luthfi adalah seorang pencita budaya yang dibuktikan dengan kegemarannya bermain musik," tutur Addie MS saat mengantar penampilan Rais Aam Jam'iyah Ahlith Thariqah al-Mu'tabarah an-Nahdliyah (JATMAN).
Maka meluncurlah komposisi Shalawat Badar dalam kolaborasi di panggung yang ditata cukup megah itu.
Habib Luthfi bin Yahya, t0koh kelahiran Pekalongan, 10 November 1947, suatu saat secara halus menyindir sikap dan perilaku para politikus saat ini. Andai mereka menjalankan demokrasi dengan memperhatikan simfoni atau orkestra musik klasik, niscaya kehidupan politik di Tanah Air tidak terlalu gaduh.
Berikut sejumlah catatan tentang pandangan dan interaksi Habib Luthfi, musik dan dakwah.
1. Mengenai musik dari Habib Luthfi bin Ali bin Yahya.
Habib Lutfi dalam ceramahnya pernah mengatakan tidak melarang. Selagi tujuan memainkan musik untuk kegiatan positif. Meski demikian, Habib Lutfi juga tetap mengingatkan bahwa mendengarkan maupun memainkan alat musik ada batas-batasan supaya tidak terjatuh ke lubang maksiat.
"Contohnya kita asyik main rebana di sebuah mejelis. Main alat musik (rebana) tidak jadi masalah. Tapi waktu kita rebana mendengar azan atau sudah masuk waktu salat. Kita masih asyik, ini yang tidak baik," tutur Pengasuh Kanzus Shalawat Pekalongan.
2. Pandangan Ulama, Haram atas Musik
Habib Lutfi mengakui memang ada pendapat para ulama yang mengharamkan soal mendengarkan maupun memainkan alat musik. Namun dirinya mewanti-wanti kepada para pendakwah agar tidak sembarang untuk menerjemahkan persoalan hukum musik tersebut.
"Bilamana kita kurang tepat menerangkan soal musik akan menimbulkan kesalahpahaman. Bahkan mundurnya seniman-seniman kita yang berdakwah menggunakan jalur kesenian, musik, dan sebagainya," jelas Habib Luthfi.
Ulama asal Pekalongan ini berharap pada generasi muda untuk terus maju berkreasi di bidang kesenian. Tanpa melupakan kewajibannya sebagai seorang muslim.
"Kami tidak mengharapkan generasi muda ke depan mundur dibidang seni. Intinya jangan sampai ketika kita memilih terjun ke dunia seni. Kita sampai lupa pada kewajiban kita beribadah kepada Allah SWT dan Rasulullah," tuturnya.
3. Keteladanan Walisongo dalam Berdakwah
Dalam dakwahnya diingatkan agar para ustadz dan ulama sekarang semestinya menghayati betul cara berdakwah Walisongo. Sedangkan para politikus sebaiknya menyimak bagaimana sebuah simfoni dalam musik klasik dimainkan.
Dalam melakukan syiar Islam, menurut Habib Muhammad Luthfi bin Ali Yahya, Walisongo tak serta-merta cuma berpedoman kepada Al-Quran dan sunah Rasulullah. Mereka juga mempelajari betul kondisi sosiologis, antropologis, serta kultur masyarakat setempat.
Habib Luthfi mencontohkan cara dakwah Sunan Giri Maulana Ishaq yang melalui jalur perdagangan dan pengobatan serta Sunan Kudus melalui jalur budaya. Cara berdakwah yang santun, ramah, dengan menghormati kultur daerah setempat itu lebih menarik simpati.
"Saya kagum kepada para Wali yang tidak frontal, tapi melakukan pendekatan sosiologi-antropologis sehingga masyarakat, bahkan sampai raja, pun terpikat dan kemudian masuk Islam," tutur Habib Luthfi bin Yahya.
4. Orkestrasi dan Nilai Kepemimpinan
Dalam sebuah orkestra, tiap pemusik akan memainkan alat musik mereka sesuai dengan aba-aba sang dirigen dengan notasi sebagai rambu-rambunya. Dengan begitu, setiap alat kapan akan dimainkan, durasi, dan tinggi-rendahnya nada yang diinginkan tertata dengan penuh harmoni.
"Di dalam orkestra musik klasik itu ada kebersamaan dalam keberagaman, berlangsung sebuah demokrasi yang harmonis. Para pemusik itu tahu kapan harus demo memainkan alatnya, kapan membiarkan yang lain tampil. Kalaupun terjadi improvisasi, karena dilakukan dengan sopan, tetap menghasilkan irama musik yang indah untuk didengarkan," kata Habib Luthfi, yang mahir memainkan piano.
Jadi, bila dalam kehidupan berdemokrasi sehari-hari para politikus bisa bersikap tidak saling mendorong, menjatuhkan, dan menjelekkan, akan dihasilkan suasana yang indah.
5. Musik sebagai Jalan Cinta Tanah Air
Musik oleh Habib Luthfi menjadi hiburan sehari-hari. Tidak saja sebagai penikmat music. Ia juga ahli memainkan alat-alat musik dan mengarang lagu, terutama alat musik piano.
Melalui musik dan lagu, Habib Luthfi menanamkan 'Hubbul Wathan Minal Iman' dengan slogannya 'NKRI Harga Mati'. Kadar bobot keimanan seseorang tergantung pada kecintaannya kepada Nabi Muhammad SAW. Kadar bobot kecintaan pada bangsa, tergantung kecintaannya pada Tanah Air.
"Bila telah melekat cinta pada bangsa, tidak akan mudah di telinga kita dikorok dan dibenturkan oleh sesama kita. Karena itu kepada segenap umat beragama khususnya umat Muslim untuk merapatkan barisan, jangan berikan celah sedikit pun kepada siapa saja yang ingin memecah-belah bangsa ini," pesan Habib Luthfi.