Habib Luthfi bin Yahya, Cinta Tanah Air Bagian dari Syariat Islam
Habib Luthfi Ali bin Yahya, Rais Aam Jam'iyyah Ahlith Thariqah al-Mu'tabarah an-Nahdliyah (JATMAN) dalam pelbagai forum dan kesempatan selalu menggelorakan semangat mencintai tanah air. Mencintai keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pada Minggu, 28 Agustus 2022, Habib Luthfi yang juga anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), menginisiasi penyelenggaraan Gebyar Kirab Merah Putih di Jakarta. Dihadiri Presiden Joko Widodo dan jajaran aparat tinggi negara.
Lalu, apa sesungguhnya alasan Maulana Habib Luthfi mencintai tanah air? Berikut penjelasan dan dasar-dasar syariat Islam soal mencintai tanah air:
Fitrah Bani Adam
Mencintai tanah kelahiran, Tanah Air tempat kita tumbuh, dan menghabiskan sisa usia adalah perasaan yang muncul begitu saja. Cinta Tanah Air hampir dapat dipastikan merupakan fitrah bani Adam.
Perasaan ini bahkan dapat dibilang universal. Menghinggapi hati seluruh manusia lintas ruang dan zaman.
Nabi Muhammad SAW. sendiri, dalam beberapa hadits, terekam dengan cukup detail sangat mencintai tanah kelahirannya, Tanah Airnya, kota Makkah.
Misalnya hadits riwayat Imam Tirmidzi :
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَكَّةَ : ” مَا أَطْيَبَكِ مِنْ بَلَدٍ، وَأَحَبَّكِ إِلَيَّ، وَلَوْلَا أَنَّ قَوْمِي أَخْرَجُونِي مِنْكِ مَا سَكَنْتُ غَيْرَكِ “
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, dia berkata, “‘Rasulullah SAW. bersabda kepada kota Makkah, ‘Sungguh dirimu (kota Makkah) negeri yang amat indah, dan paling aku cintai, jikalau masyarakat Makkah tidak mengusirku, niscaya aku tidak akan tinggal di tempat lain selain dirimu (kota Makkah)'” (HR. Tirmidzi no. 3926)
Tidak hanya kecintaan Nabi terhadap kota Makkah, Nabi juga sangat mencintai kota Madinah. Tempat di mana dakwah Nabi terbilang sangat sukses. Nabi tinggal di kota ini sekitar 10 tahun, kota ini juga menjadi tempat peristirahatan terakhir Nabi SAW.
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ فَنَظَرَ إِلَى جُدُرَاتِ الْمَدِينَةِ أَوْضَعَ رَاحِلَتَهُ، وَإِنْ كَانَ عَلَى دَابَّةٍ حَرَّكَهَا مِنْ حُبِّهَا.
Dari Anas ra. berkata; Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam apabila pulang dari bepergian dan melihat dataran tinggi kota Madinah, Beliau mempercepat jalan unta Beliau dan bila menunggang hewan lain Beliau memacunya karena kecintaannya (kepada Madinah). (H.R. Bukhari no. 1886)
Hadis ini, mendapat komentar dari Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam karyanya Fathul Bari :
الحديث دلالة على فضل المدينة، وعلى مشروعية حب الوطن والحنين إليه
Hadits ini menjadi dalil keutamaan kota Madinah dan menjadi dalil bahwa mencintai dan menyayangi Tanah Air adalah bagian dari syariat Islam.
Bagi kalangan ulama pesantren, termasuk Habib Luthfi Ali bin Yahya, cukup jelas dan cukup bukti bahwa mencintai Tanah Air tidak hanya sekadar perasaan cengeng anak manusia. Cinta Tanah Air adalah bagian dari syariat Islam, dengan mencintai Tanah Air dalam hal ini adalah negara Indonesia, kita telah melaksanakan syariat Islam dan telah menjaga negeri ini dari kehancuran. Wallahu A’lam.
Demikian pandangan dan dorongan Islam atas sikap dan tindakan Habib Luthfi bin Yahya, dalam tindakan dan aktivitas untuk menanamkan cinta tanah air.