Habib Luthfi: Bertasawuf Kedepankan Akhlak dan Adab
Habib Luthfi bin Yahya mengingatkan, dalam pergaulan bermasyarakat umat Islam lazimnya tetap menjaga akhlak dan adab. Dengan begitu nilai-nilai luhur bangsa Indonesia tetap selaras dengan ajaran Islam.
Menurutnya, yang memperjuang adalah para ulama, kiai, dan pejuang Muslim yang tak sempat dianugerahi bintang gerilya. Maka jika ada kelompok-kelompok yang hendak menggerogoti persatuan bangsa ini, mereka adalah orang-orang yang tak mengetahui sejarah.
"Wajib bagi kita untuk menjaga bangsa dan negara ini dari rongrongan sekelompok orang yang tidak bertanggung jawab." Demikian pesan Habib Luthfi bin Yahya, disampaikan dalam pelbagai kesempatan.
Rais Aam Jam'iyah Ahlith Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah (JATMAN) ini, selalu hadir di depan masyarakat dan umat Islam, khususnya setiap Jumat Kliwon di Majelis Kanzus Shalawat, Pekalongan.
Di masa pandemi Covid-19, memang aktivitas tersebut tetap berlangsung dengan Protokol Kesehatan. Namun, Habib Luthfi mengurangi kegiatan di luar untuk berceramah secara terbuka.
Seorang santri yang aktif hadir Kanzus Shalawat, Ahmad Tsauri, memberikan catatan setelah hadir di depan Habib Luthfi bin Yahya. Ia menulis "Kalam Maulana Habib Luthfi bin Yahya".
Budaya di Indonesia yang tidak bertentengan dengan agama diakomodir. Karena sejak dahulu ulama Indonesia berijtihad dan bukan ulama sembarangan. Di China makan pakai sumpit, di Eropa pakai sendok garpu, tapi bacaannya "Bismillah" dan "Allahuma Bariklana..."
Bidah patokannya apa?
Ideologi yang keluar dari ajaran Kanjeng Nabi bid'ah. Zaman Rasul tidak ada baret, tidak ada terjun payung. Dalam sebuah hadis 72 golongan sesat dan masuk neraka, itu karena akidahnya tidak beres. Bukan karena hal-hal teknis. Zaman Nabi dalam hal senjata pakai kuda sekarang pakai tank.
Bid'ah terkadang dijadikan alat politik untuk memundurkan umat Islam. Islam bukan hanya tasbih dan salat sampai jidatnya hitam. Kalau diartikan luas, poin saja, rukun Islam 5, yang paling banyak melakukan salat dan puasa. Zakat dan haji kalau pun belum mampu harus niat, jika ada mampu akan melakukan. Tata hati.
Makanya dalam Al-Quran setelah pembangunan ideologi (iman) dan kewajiban formal, salat yang dibangun ekonomi, ومما رزقناهم ينفقون.
Dalam hal pengertian tasawuf.
Tasawuf itu seperti gelas, piring, sudah dicuci ketika akan dipakai dilap dibersihkan kembali. Kita ini sudah bertasawuf, masuk kamar mandi kaki kiri dan saat keluar kaki kanan, makan tangan kanan. Itu sudah tasawuf. Karena tasawuf itu akhlak dan adab. Pokok tasawuf itu membersihkan keterkaitan hati dari dunia. Bukan diam saja tidak bekerja.
Harta banyak tapi jangan terkait dengan hati. Karena kalau tidak bekerja apa kita biarkan madrasah masjid rusak, bocor. Untuk tentara juga harus bertasawuf, tugas negara jalankan soal kecukupan rezeki Allah yang ngatur. Bertugas cek senjata, lengkap berangkat. Setelah itu tawakal.
Bagaimana dunia Islam akan maju, karena sedikit-sedikit dibendung dengan bid'ah. Kita ambil hasanahnya, positifnya jangan dholalahnya, karena dholalah, sesat itu dalam akidah atau ideologi.
Zaman Rasulullah Saw pasukan tidak dibuatkan asrama. Zaman Rasulullah Saw tidak ada asrama yatim. Yatim diurus ibunya, Rasulullah Saw menanggung biaya hidupnya. Karena Rasulullah Saw tidak ingin memisahkan anak dari ibunya. Supaya anak merasakan kasih sayang ibunya.
Karena menyuapi anak itu menyambungkan tali kasih sayang anak dengan ibu. Apalagi secara medis mengandung manfaat luar biasa, enzim dari orang yang melahirkan. Kalau orang lain atau baby sister maka enzim yang masuk ke anak adalah enzim baby sister. Tidak ada hubungan batin dengan ibunya. Pembantunya pulang nangis tapi ibunya pergi cuek.
Nah Rasulullah Saw dahulu memperhatikan itu. Di samping itu diatas, panti asuhan sebaiknya juga memperhatikan mental anak. Sebaiknya panti asuhan diberi nama lain, misalnya Pendidikan Anak atau yang lain. Supaya mereka tidak minder dan karakternya bagus.
Jadi bid'ah itu soal akidah, bukan inovasi yang ada saat ini tapi tidak ada dijaman Rasulullah saw.
* Catatan: [Sowan kulo nuwun sepulang tugas di Sudan diangkat komandan brimob Bataliyon Pekalongan] Ahmad Tsauri (1 Ramadhan 1429 H/ 5 Mei 2019)