Habib Jindan: Semangat Hijrah Nabi Hidupkan Jiwa Kemerdekaan RI
Teladan dari Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam (Saw) dalam berhijrah harus menjadi semangat bangsa Indonesia untuk mengisi kemerdekaan. Menurut Habib Jindan bin Novel, semangat hijrah dari Nabi Muhamad haruslah jadi teladan bersama.
"Nabi Muhammad berhijrah untuk meraih kemuliaan. Untuk apa? Agar Islam bisa berkembang. Agar ilmunya Rasulullah bisa hidup. Agar bisa mendirikan shalat dengan benar, agar dapat berdizkir. Agar dapat bertasbih, agar menjalankan akhlaq dan adab," terang Habib Jindan, pengasuh Pesantren al-Fachriyah.
Habib Jindan bin Novel mengungkapkan hal itu, dalam peringatan Muharram dan HUT RI di Pesantren Baitul Hikmah, Depok, Jawa Barat. Agenda berlangsung pada Senin 16 Agustus 2021 ini juga dihadiri Dr. KH. M. Hamdan Rasyid (Pengasuh Pesantren Baitul Hikmah), Dr. H. Hasan Chabibie (Plt. Ketum MATAN NU) dan beberapa ustadz serta ratusan santri.
Memaknai Perjuangan Kiai dan Habaib
Dalam kesempatan itu, Habib Jindan juga menyampaikan pentingnya memaknai perjuangan para kiai dan habaib.
"Di balik kemerdekaan Indonesia, ada tokoh-tokoh ulama besar, para wali dan shalihin. Seperti Kiai Hasyim Asy'ari, juga para kiai dan habaib. Mereka ini berjuang, sebelumnya disiksa Jepang, disiksa Belanda, dipenjara, dan gangguan lainnya.
"Habib Salim pernah divonis untuk dieksekusi pihak penjajah. Tapi, anugerah dari Allah yang menyelamatkan beliau," jelasnya.
Lebih lanjut, Habib Jindan menjelaskan betapa penting keikhlasan dan ketulusan berjuang. "Para ulama itu berjuang tanpa pamrih. Nggak mau gelar apapun, nggak mau kekuasaan apapun.
"Karena ketulusan dan keikhlasan itulah, para pejabat dan pemimpin negeri ini hormat sekaligus meminta saran kepada para ulama," tutur Habib Novel.
Sementara, M. Hasan Chabibie (Plt. Ketua Umum MATAN) menjelaskan, saat ini merupakan momentum tepat untuk meneladani warisan hijrah Nabi dan perjuangan kemerdekaan dari ulama.
"Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 itu buah dari perjuangan para ulama, kiai, santri dan habaib juga para pejuang yang saat itu meneteskan darah dan air mata supaya adik-adik saat ini bisa belajar dan mengaji dengan tenang.
"Perjuangan itu juga agar kita saat ini bisa menikmati hidup dengan damai," ungkap Hasan, yang juga menjadi Plt. Kapusdatin Kemendikbud Ristek.
Peran Habaib dan Kiai
Jika tidak ada perjuangan para habaib, kiai dan dan santri, Hasan Chabibie menyampaikan, negara Indonesia tidak bisa berdiri hingga kini.
"Di Jakarta kita mengenal sosok Habib Ali, yang pada waktu menjelang Proklamasi kemerdekaan disowani Bung Karno. Jadi Bung Karno memohon doa agar proses pembacaraan teks proklamasi berjalan lancar."
Kisah Bung Karno Sowan KH Hasyim di Tebuireng
Ia mengisahkan, Bung Karno juga sowan ke Jombang, untuk memohon restu dan barokah, dari Hadratus Syaikh Hasyim Asyari sebelum membacakan teks proklamasi ini. Juga, dengan kiprah para ulama lainnya.
"Maka, mari kita teguhkan, mari kita teladani semangat hijrah Nabi Muhammad dalam mengisi kemerdekaan, khususnya bagi generasi muda di Indonesia. Wabil khusus untuk santriwan dan santriwati pondok pesantren," tegas Hasan.
Pengasuh Pesantren Baitul Hikmah, Dr. KH. M. Hamdan Rasyid, mengajak untuk mengkaji perjuangan para pendahulu.
"Penting bagi kita semua untuk mengkaji nilai-nilai perjuangan, nilai pengorbanan, nilai keimanan, dan keikhlasan dari para pendahulu kita," tuturnya.