Habib Jindan: Saat di Tengah Pandemi, Kita Harus Saling Bantu
Pada masa pandemi saat ini, kita harus senantiasa saling membantu, saling menguatkan agar kita semua dapat melalui cobaan. Demikian pesan Habib Jindan bin Novel dalam peringatan Isra’ Mi’raj yang diselenggarakan oleh Pusdatin Kemendikbud, pada Jumat malam 12 Maret 2021.
Dalam agenda itu, Habib Jindan bin Novel didampingi Dr. M. Hasan Chabibie (Plt. Ketua Umum Mahasiswa Ahlit Thariqah an-Nahdliyyah dan Plt. Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi Kemendikbud). Kajian bertema ‘Perjalanan Suci Menggapai Ridho Illahi’ ini disiarkan di Youtube TV Edukasi dan diikuti ratusan peserta secara daring.
Habib Jindan bin Novel mengajak kita semua untuk saling bantu di tengah pandemi, juga memaknai hakikat Isra Mi’raj. “Sekarang ini kita baru pandemi, semua orang susah. Siapa yang bisa menolong kita? Negara Indonesia dengan kekuatan militer terbatas, teknologi kita juga terbatas, masih ada yang lebih baik dari kita, kemudian dari segi kesehatan ada juga negara lain yang menjadi pusat kesehatan dunia. Nah, tidak ada yang menolong kita kecuali Allah. Kalau mau ditolong Allah, maka tolonglah orang lain,” demikian ungkap Habib Jindan.
Selain itu, Habib Jindan menyampaikan bahwa para ulama mencontohkan, ketika mereka sedang dalam musibah dan kesusahan, makin rajin mereka membantu orang lain, bersedekah, berinfaq. Setelah itu, tidak lama Allah memberikan solusi untuk menolong mereka. Orang sekarang, kalau mereka ada problem, makin pelit maka akan makin susah.
Habib Jindan menyatakan bahwa peristiwa Isra Mi’raj merupakan peristiwa sakral yang sangat penting, maka harus kita refleksikan secara tepat.
“Allah mampu memperjalankan bumi mengelilingi matahari. Allah mampu memperjalankan bulan mengelilingi bumi. Allah mampu memperjalankan planet-planet mengelilingi matahari. Allah mampu memperjalankan siang malam silih berganti. Apalagi cuma memperjalankan Nabi Muhammad dari Makkah ke Baitul Maqdis,yang tempatnya masih di bumi,” terang Habib Jindan.
Lebih lanjut, Habib Jindan menyatakan bahwa para sejatinya orang-orang yang percaya pada peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muhammad itu merupakan cendekiawan. “Cendekiawan itu orang yang tidak hanya terkurung pada waktu dan zamannya, tapi mereka yang pemikirannya melampaui zamannya. Zaman dahulu orang tidak bisa menerima, bahwa Nabi Muhammad dalam beberapa jam saja berjalan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, lalu balik lagi,” ungkap pimpinan al-Fachriyah.
Ia melanjutkan keterangan bahwa peristiwa Isra Mi’raj merupakan perjalanan mencari keberkahan. “Kenapa nabi Muhammad diperjalankan ke Masjidil Aqsha? Kenapa tidak hanya di Masjidil Haram yang pahala saja 100.000 kali lipat? Karena di Masjidil Aqsha Nabi Muhammad bertemu dengan para Nabi lain, mencari keberkahan,” terangnya.
Selain itu, Habib Jindan menyampaikan pentingnya masjid dalam komunitas masyarakat.
“Sentral dari suatu negeri adalah masjidnya. Bukan tambangnya, bukan monumennya, bukan bisnisnya, bukan bursa efeknya, bukan mallnya, bukan parlemennya. Jadi, sentral dari suatu negeri itu masjidnya. Dari situ turun kebaikan dan keberkahan. Jadi, itulah yang disebut minal masjidil haram ilal masjidil aqsha. Dan kalau sudah dari masjid, ini merupakan perjalanan sakral,” jelas Habib Jindan.
Sejalan dengan Habib Jindan, Dr. M. Hasan Chabibie menyatakan bahwa Isra Mi’raj merupakan peristiwa fenomenal yang harus dijadikan refleksi. “Sekarang ini, Isra Mi’raj harus kita jadikan refleksi pentingnya menguatkan solidaritas sosial dan global. Kita harus saling bantu di tengah pandemi ini, dengan meneladani akhlak para nabi, serta mengamalkan ajaran shalat dan nilai-nilai penting dari dakwah Islam,” terang Hasan Chabibie yang juga pengasuh pesantren Baitul Hikmah, Depok, Jawa Barat.
Hasan menyampaikan bahwa pada saat pandemi, pihaknya dari Pusdatin Kemendikbud berusaha sebaik mungkin mengawal pendidikan nasional. Pusdatin Kemendikbu mempunyai beberapa layanan, yakni Rumah Belajar, TV Edukasi, Radio Edukasi dan beberapa layanan lain. Dari layanan-layanan itu, pihaknya ingin agar setiap siswa mendapat akses pendidikan yang memadai, sekaligus mengamalkan nilai-nilai agama berupa pentingnya belajar sepanjang hayat.
Advertisement