Habib Ali Al Jufri: Pengganggu Negara = Pelaku Kriminal
Al-Habib Ali Zainal Abidin bin Abdurrahman Al Jufri, mengingatkan, siapapun yang menggangu negara, berarti dia pelaku kriminal. Dia juga berarti perusak agama.
"Tugas negara adalah melindungi lima hak dasar universal (kulliyyatul khams). Yakni, hak beragama, hak hidup, hak berpikir, hak mendapatkan kehormatan dan hak mengelola harta. Jika negara hancur, maka lima hak dasar ini tidak mungkin bisa didapatkan oleh masyarakat," tuturnya.
Habi Ali Al Jufri, dalam pekan lalu, melakukan dakwah di Indonesia. Ulama asal Timur Tengah ini melakukan ceramah di sejumlah tempat, selain Jakarta, juga Semarang, Malang, Bekasi, Gresik, dan sejumlah kota lainnya.
Lebih jauh Habib Ali Al Jufri menegaskan, siapapun yang menggangu negara, dialah perusak agama. Meski berpakaian seperti orang yang sangat beragama. Demikian sebagaimana termaktup dalam Kulliyyatul khams, ini merupakan tujuan inti dari syariat Islam.
Ada catatan lain, ketika Habib Ali Al Jufri berkisah tentang pertemuannya dengan seorang Atheis:
“Pernah saya bertemu beberapa pemuda dari Inggris, aslinya keturunan Pakistan, tetapi berbicara Bahasa Inggris karena lahir di Inggris.
Para pemuda itu mendengar beberapa isu di kampusnya, mereka melihat sikap-sikap orang muslim itu tidak baik, melakukan bom bunuh diri, menghalalkan darah orang lain, dan menjamurnya hoaks (berita kebohonan) yang tersebar sampai pemerintahan, dan mereka melihat moral yang buruk dari sebagian umat Islam.
Mulai dari situlah mereka mulai ragu dengan Islam, mulai lemah imannya, sampai pada tingkatan iman paling rendah dirinya berubah menjadi ‘Atheis’.
Suatu ketika dia memutuskan bahwa besok setelah bangun tidur dia akan memutuskan telah menjadi Atheis, lalu dia masuk ke kamar dan mulai tiduran di atas kasur.
Tiba-tiba tanpa dia sadari tangannya memegang Tasbih, dan dia berkata “Allahumma Sholli ‘Ala Sayyidina Muhammad wa ‘Ala Alihi Washohbihi Wasallim”.
Kemudian dia sadar, ngapain dia pegang tasbih lalu bersholawat padahal dia besoknya akan mengumumkan menjadi Atheis?
Tapi dia punya masalah lain bahwa sejak kecil dia dididik untuk selalu cinta kepada Nabi Muhammad. Ibunya selalu mengajarkan kepadanya untuk membaca Sholawat menggunakan Tasbih itu.
Kebiasaan itu semua sudah benar-benar membekas dalam diri pemuda itu. Akhirnya pemuda itu tidak bisa tidur dan mulai berpikir “Mau jadi Atheis apa tidak yah ? Apakah benar-benar ada Tuhan ? Kalau tidak ada Tuhan berarti ucapan Nabi Muhammad nggak bener dong ? Tapi tidak mungkin Nabi Muhammad berbohong”
Dia berkata demikian sambil gemetaran, lalu saat itu juga dia memutuskan untuk menunda mengumumkan menjadi Atheis, dia memulai mengkaji kembali di dalam forum-forum filsafat.
Dan yang menjadikan dirinya tertarik kembali kepada Islam ialah kebiasaan dirinya bersholawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Tentang pemuda atheis ini, Al-Habib Ali Zainal Abidin bin Abdurrahman Al Jufri, dalam ceramah Pondok Pesantrean Darul Halim, Bandung Barat, Jawa Barat, 1 Desember 2019.