Gus Yaqut Tidak Menghormati Habaib? Ini Faktanya
Kaum habaib di mata kaum santri dihormati. Karena sudah sejak dari ajarannya, dzuriyat Kanjeng Nabi menjadi bagian penting dalam posisi keagamaan Islam di Indonesia. Sebagai putra ulama pesantren, Yaqut Cholil Qoumas pun sangat memegang teguh ajaran hormat pada kaum habaib.
Tapi, ada yang menilai, di balik sikap kritisnya, Menteri Agama yang dilantik Presiden Joko Widodo belum lama ini, menggantikan Fachrul Razi, kurang menghormati para habaib? Benarkah demikian?
Terkait hal itu, Imam Mudofar, Ketua PC GP Ansor Tasikmalaya, alumni Fakultas Ilmu Sosial Politik, Universitas Airlangga Surabaya, mencermati langkah Gus Yaqut. Ia menulis "Membaca Gerak Langkah Gus Yaqut", berikut petikannya:
Sejak diberi kepercayaan sebagai Menteri Agama, Yaqut Cholil Coumas langsung tancap gas. Jika menteri-mentri lainnya baru sebatas rapat internel dengan jajaran kementriannya, Gus Yaqut langsung keliling, sowan menemui berbagai tokoh agama di Indonesia. Agenda tentu meminta petunjuk, nasehat dan arahan serta doa restu dari para kiai dan para Ulama. Namun apakah hanya sebatas itu saja maksud dan tujuannya? Rasanya tidak.
Ada beberapa catatan menarik yang perlu kita ulas. Pertama, tak lama setelah dilantik secara resmi oleh Presiden, Gus Yaqut langsung sowan, menghadap ke Ciganjur, ke kediaman Ketua Umum PBNU, Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj. Catatan menarik, Gus Yaqut paham betul tatakrama dan etika organisasi. Hari ini Kiai Said adalah simbol NU. Sebagai kader muda NU dan Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor yang notabene adalah Badan Otonom NU, Gus Yaqut mendahulukan sowan ke Kiai Said sebagai bentuk takdziman wa takriman baik secara pribadi maupun secara organisasi.
Hari berikunya, karena bertepatan dengan malam misa natal, Gus Yaqut meluncur ke Semarang. Di sana Gus Yaqut hadir sebagai Menteri Agama, menyapa umat kristiani yang tengah merayakan malam misa Natal di Gereja Blenduk Kota Semarang. Kehadirannya di sana seolah menegaskan komitmennya untuk menjadi Menteri yang melayani seluruh agama yang ada di republik ini. Termasuk menegaskan sebuah gagasan jika agama harus menjadi inspirasi, bukan aspirasi.
Esoknya, Gus Yaqut keliling di Jawa Tengah. Dimulai dari ziarah dan tabarukan di pusara ayahandanya, Alm. Almagruflah KH. M. Cholil Bisri dan leluhur-leluhurnya yang lain. Ziarah ini menjadi tradisi penting bagi warga Nahdliyin. Apalagi pada momen-momen sakral semacam ini. Sudah menjadi sebuah keharusan.
Dan selanjutnya, Gus Yaqut menemui paklek/pamannya, KH. Ahmad Musthofa Bisri (Gus Mus). Bagaimanapun juga, hari ini Gus Mus adalah orangtua pengganti ayahanda yang sudah tiada. Maka sowan menemui Gus Mus untuk meminta petunjuk, nasehat arahan dan doa sudah menjadi sebuah keharusan. Bahkan momen pertemuan antara Gus Yaqut dan Gus Mus itu juga diunggah distatus facebook Gus Mus.
Setelah itu, Gus Yaqut langsung estafet sowan ke kiai-kiai dan pesantren-pesantren yang ada di sepanjang jalur pantai utara Jawa Tengah. Mulai dari sowan ke keluarga dan putra-putra Mbah Maimun Zubair di Ponpes Al Anwar Rembang dan setelah itu menemui Gus Baha di Ponpes Tahfidzul Qur'an Narukan Rembang. Dari Rembang lanjut ke Pati, sowan ke KH. Muadz Thohir di Ponpes Roudloh at-Thohiriyyah Kajedan dan KH. Nadhif Abdul Mujib di Ponpes Nahdlatut Thalibin Kauman Tayu Kejan Pati.
Dari Pati, lanjut ke Kota Wali, Demak dan Kudus. Di sana Gus Yaqut sowan ke kediamanbKH. Ahmad Badawi Basyir di Ponpes Darul Falah, Kudus dan KH. Munif Zuhri di Ponpes Girikusumo Demak. Lanjut sowan ke Rois Syuriah PWNU Jateng KH. Ubaidillah Shodaqoh di Ponpes Al Itqon Semarang, KH. Dimiyati Rois di Ponpes Al Fadlu Wal Fadhilah Kendal dan ke KH. Syakur di Pondok Pesantren Al Hasani Limpung Batang.
Saya tidak tahu persis pesan dan amanah apa saja yang disampaikan oleh para Kiai dan para Ulama itu kepada Gus Yaqut. Biarlah itu menjadi rahasia antara para Kiai dan Gus Yaqut. Namun satu hal yang pasti,
Sebagai seseorang yang lahir dan dibesarkan di lingkungan pesantren, Gus Yaqut tahu betul jika orang pertama yang harus dimintai arahan, petunjuk doa adalah para Kiai. Terlebih dalam amanah yang hari ini ada di pundaknya, pondok pesantren termasuk bagian yang tanggungjawabnya ada Kementrian Agama. Dan sowan menemui para kyai di pondok pesantren menjadi langkah awal yang wajib dilakukan. Dan mudah-mudahan ini menjadi angin segar bagi pesantren untuk mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah lewat Kementrian Agama yang hari ini Menterinya dijabat oleh santri dan putra kiai, Gus Yaqut Cholil Qoumas.
Tidak hanya sowan menemui para Kiai di Pesantren, Gus Yaqut juga sowan ke para Habaib. Mulai dari Maulana Habib Lutfhi bin Ali bin Hasyim bin Yahya Pekalongan, sampai sowan ke Habib Zein Umar bin Smith selaku Ketua Umum Dewan Pimpiman Pusat Rabithah Alawiyah di Kantor Pusat Rabithah Alawiyah Jakarta Selatan. Rabhitah Alawiyah ini merupakan wadah tempat berhimpunnya para Habaib yang ada di Indonesia. Organisasi inilah yang mencatat ikhwal siapa-siapa saja yang masih memiliki garis keturunan yang sampai pada Rasulullah Muhammad SAW yang tinggal di Indonesia.
Sowan dalam rangka meminta doa dan nasehat kepada habaib ini menjadi bukti kongkrit jika sebagai santri Gus Yaqut wajib hormat dan takdzim kepada para Habaib. Meskipun mungkin tidak mewakili, tapi sowan ke Habib Zein yang notabene Ketua Umum jamiyah tempat berkumpulnya para habaib ini menjadi simbol jika dalam sikap, Gus Yaqut hormat dan takdzim kepada seluruh habaib. Tentu ini menjadi jawaban yang mampu menangkis tentang isu-isu miring yang menyebut Gus Yaqut tidak menghormati habaib hanya lantaran Gus Yaqut sebagai Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor sering bersilang pendapat dengan FPI yang dipimpin Habib Rizieq.
Namun jika boleh menarik kesimpulan yang lebih jauh dari sekian rentetan perjalanan Gus Yaqut sowan menemui para kiai dan para habaib, sejatinya ini menunjukkan sikap seorang Gus Yaqut Cholil Qoumas. Sikap yang seperti apa? Sikap yang tetap menjadikan Islam dan seluruh instrumen yang ada di dalamnya (termasuk pesantren) sebagai Agama yang pertama dan yang paling utama untuk mendapatkan pelayanan maksimal dari pemerintah lewat Kementrian Agama yang saat ini dipimpinnya.
Meskipun Gus Yaqut berkomitmen menjadi Mentri bagi semua Agama, tapi insyaAlloh Islam tetap menjadi yang utama dibandingkan dengan yang lainnya. Semua itu tercermin dari gerak langkah pertama yang dilakukan oleh seorang Yaqut Cholil Qoumas. Apalagi di Indonesia, Islam menjadi agama bagi mayoritas warga masyarakat Indonesia. Dan mudah-mudahan semua itu menjadi angin segar baik bagi masyarakat yang bergama Islam maupun bagi mereka yang non muslim untuk sama-sama mendapatkan pelayanan optimal dari pemerintah melalui Kementria Agama. Semoga.