Gus Yahya Staquf Berpeluang Besar Menjadi Calon Ketua Umum PBNU
Tokoh muda NU yang sekarang menjabat Katib Aam PBNU Yahya Cholil Staquf atau yang sering dipanggil (Gus Yahya), dinilai berpeluang cukup besar menjadi calon Ketua Umum PBNU
Anggota Dewan Pertimbangan Presiden itu disebut-sebut calon kuat menggantikan KH Said Aqil Siroj. Dia dianggap lebih berpeluang dibanding dengan calon yang lain. Gus Yahya disebut sebagai tokoh muda NU yang potensial, mempunyai jaringan cukup luas dengan berbagai tokoh agama dan ulama dunia.
KH Aqil Siroj sebelumnya kepada ngopibareng.id menyatakan tidak akan maju lagi. Dia menyebut cukup dua periode saja menjabat sebagai Ketua PBNU. Kyai asal Cirebon tersebut akan meletakkan jabatannya sebagai Ketua Umun PBNU di Muktamar NU 2020 yang akan digelar di Jawa Barat.
Salah satu ketua PBNU, Marsudi Suhud yang semula berniat mencalonkan diri, menyatakan akan mundur kalau Gus Yahya, maju. "Kalau Gus Yahya maju, saya legowo mundur dan akan mendukung keponakan Gus Mus (KH A Mustofa Bisri, red) yang umurnya lebih muda," kata KH Marsudi.
Menurut hitung-hitungan sudah ada beberapa wilayah yang mendorongnya untuk maju. Tapi kyai asal Cilacap ini sudah terlanjur janji, batal maju, kalau harus berhadapan dengan putra almarhum KH Cholil Bisri tersebut. "Tidak pake alasan, lebih baik saya yang mundur," katanya.
Pengasuh Pondok Pesantren Tambak Beras Jombang, KH Hasib Wahab, juga menyebut Gus Yahya calon kuat. Dan sudah menjadi perbincangan di kalangan ulama NU." Saya dengar Gus Yahya didukung sebagian besar wilayah NU di Indonesia maupun Cabang NU di luar negeri," kata Gus Hasib.
Namun, Gus Hasib putra salah satu pendiri NU, yakni almarhum KH Wahab Hasbullah ini akan tetap mencalonkan diri sebagai Ketua Umum PBNU. Tidak peduli siapa pun calon yang akan dihadapi nanti.
Gus Hasib sudah beberapa kali maju tapi kurang memperoleh dukungan. Bahkan di Muktamar NU ke-29 yang digelar 1-5 Desember 1994 di Cipasung, Tasikmalaya, Jawa Barat, Gus Hasib bersama Abu Hasan mendirikan PBNU tandingan yang didukung rezim Soeharto.
Muktamar NU di Cipasung, disebut yang paling menegangkan dan terpanas dalam sejarah NU. Pada Muktamar ini merupakan puncak kedholiman rezim Orde Baru terhadap NU. Pada saat itu, NU dan sosok Gus Dur dianggap oleh Soeharto sebagai ancaman yang paling berbahaya.
Hal ini membuat Soeharto dengan kekuasaannya, ingin 'memutus' wewenang Gus Dur di PBNU yang sejak tahun 1984 dipegangnya. Salah satu caranya adalah menumbangkan Gus Dur di Muktamar NU Cipasung. Tapi upaya itu gagal total, Gus Dur tak bisa ditaklukkan dan terpilih kembali sebagai Ketua Umum PBNU
Gus Dur kala itu menyebut Gus Hasib kebesaran sorban, tidak sesuai dengan ukuran kepalanya. Sebab yang dipakai sorban bapaknya, sehingga oplok-oplok.
Gus Yahya ketika dikonfirmasi atas dukungan dan peluangnya yang cukup besar untuk menggantikan KH Said Aqil Siroj, enggan berkomentar. "Sampean itu bisa bisa aja. Jangan tanya yang repot-repot. Lebih baik ayok ngopi bareng aja," kata Gus Yahya melalui telepon Rabu 30 Juli 2019.
Gus Yahya, adalah pendakwah yang menjabat sebagai Katib Aam Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2015 hingga 2020.
Lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada (UGM) itu pernah menjadi juru bicara Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Dia juga merupakan keponakan dari pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus).
Salah satu pendakwah yang masuk dalam daftar rekomendasi 200 mubalig Kementerian Agama itu merupakan putra dari Muhammad Cholil Bisri yang merupakan pendiri sekaligus dekralator Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Adiknya Yaqut Cholil Qoumas saat ini menjabat Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor. Gus Yahya diangkat sebagai anggota Wantimpres untuk menggantikan posisi KH Hasyim Muzadi, yang meninggal dunia pada 16 Maret 2017 lalu.
Gus Yahya ini adalah putra KH Cholil Bisri Rembang bin KH Bisri Mustofa Rembang. Darah perjuangan mengalir dalam diri Gus Yahya, sehingga pujian dan cercaan-hinaan sudah tidak membuat dia berbangga atau sedih. Darah perjuangannya juga dipupuk oleh Gus Dur, sang guru yang sangat ia hormati.
Perjuangan Gus Yahya saat ini adalah mewujudkan perdamaian dunia. Ini sudah dimulai Gus Dur. Makanya, ketika banyak yang mencerca dan menghina Gus Yahya, dia tak pernah goyah. Warisan perjuangan dari Gus Dur harus tetap dilanjutkan, walaupun resiko fitnah di depan mata.
Advertisement