Gus Yahya: Sriwijaya, Konstruksi Peradaban yang Langka
Fakta sejarah kejayaan di Nusantara. Kerajaan Sriwijaya itu konstruksi peradaban yang langka. Menurutnya, karena bisa bertahan selama 7 abad.
"Jarang sekali konstruksi peradaban bisa bertahan 700 tahun. Seringkali umur sebuah kerajaan, 200 tahun sudah menghilang,” kata Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Yahya Cholil Staquf.
Gus Yahya menerjemahkan konstruksi peradaban Sriwijaya sebagai warisan peradaban Indonesia yang sangat kuno. Ia mewariskan semangat kebersatuan nusantara.
Warisan kebersatuan ini, lanjut dia, kemudian dihidupkan lagi oleh Majapahit. Ketika Mpu Tantular memperkenalkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Putra Kiai Cholil Bisri itu menambahkan bangsa Indonesia punya sejarah, tidak lahir dari ruang hampa.
Kehidupan yang Harmonis
"Alhamdulillah, kita ini punya sejarah yang memungkinkan menikmati suasana kehidupan berbangsa yang lebih harmonis disbanding dengan bangsa-bangsa lain di dunia hari ini,” terangnya, dalam kesempatan berdiskusi di Surabaya, belum lama ini.
Gus Yahya menilai di berbagai belahan dunia hari ini, Indonesia bisa merasakan rasa syukur yang luar biasa, karena bagaimanapun kondisinya, bangsa Indonesia terbilang lebih harmonis dari bangsa-bangsa lain hari ini.
“Maka sebetulnya bangsa-bangsa lain di dunia ini bisa mengambil untung dari warisan sejarah yang bangsa Indonesia ini miliki,” ujarnya.
Keyakinan ini, jelas dia, nampak dari pengalaman keragaman yang dialami oleh bangsa Indonesia ratusan tahun silam.
Bagaimana tujuh ratus lebih suku bangsa dan seribu lebih bahasa lokal bisa hidup harmonis di Indonesia. “Sementara yang lain-lain, satu-dua agama, satu-dua suku saja sudah kacau balau ndak karu-karuan,” katanya.
Gus Yahya mencontohkan negara Amerika dan Eropa yang maju dalam segi ekonomi, teknologi dan demokrasi yang jauh lebih canggih daripada Indonesia, sekarang kurang beruntung dibanding pengalaman harmoni keragaman di Indonesia.
“Kalau kita berpikir punya rasa tanggung jawab seperti ini, kita baru bisa memahami tentang makna pergulatan kita dalam konteks peradaban,” terangnya.
Gus Yahya mengingatkan warisan kesatuan ini agar menjadi warisan yang harus dipelihara. Selain menjadi warisan yang punya nilai tawar sebagai kontribusi bangsa Indonesia bagi peradaban seluruh umat manusia.
“Jadi kalau kita berbicara perjuangan peradaban baru sebetulnya adalah bagaimana perabadan yang kita warisi di Indonesia ini bisa kita perlihatkan sebagai sumbangan bagi peradaban global,” tuturnya.
Advertisement