Gus Yahya Sebut Bahaya Ideologi Transnasional, Momentum WTC 11/9
Katib Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf mengingatkan pentingnya keutuhan negara bangsa dan bahayanya ideologi transnasional. Ia menegaskan, urgensi menjaga keutuhan negara-bangsa yang ditopang lewat tradisi keagamaan dan budaya lokal yang kukuh dari serangan ideologi-ideologi transnasional.
Gus Yahya menegaskan hal itu, saat berbicara pada pertemuan tingkat internasional yang membahas tentang pentingnya perdamaian global. Kiai Yahya diundang secara khusus oleh Regent University, Virginia, Amerika Serikat, pada Kamis 9 September 2021, untuk menjadi narasumber peringatan 20 tahun atas Serangan Gedung World Trade Center (WTC) New York, 11 September 2001.
Pembicara lain pada acara yang disiarkan secara internasional ini antara lain mantan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, Pat Robertson, pendiri Regent University, tokoh-tokoh dari kalangan diplomatik, ahli dan pemegang wewenang militer, keamanan dan hukum, serta intelektual AS.
Dalam paparannya, Gus Yahya -- panggilan akrab putra Kiai Cholil Bisri, almaghfurlah, ini -- menekankan, pascaserangan WTC tatanan dunia membutuhkan pengelolaan yang semakin tangguh. Di antaranya adalah dengan menjaga keutuhan negara-bangsa yang ditopang lewat tradisi keagamaan dan budaya lokal yang kukuh dari serangan ideologi-ideologi transnasional.
Mencermati Pola Adaptasi Global
Ideologi itu bisa didasarkan pada identitas agama, etnik atau ras, maupun gagasan-gagasan sekuler.
“Ini krusial sekali karena senyawa antara negara-bangsa, tradisi keagamaan dan budaya lokal adalah satu-satunya struktur dasar yang tersedia dalam tata dunia saat ini untuk mengelola proses negosiasi global menuju peradaban yang harmonis,” kata Gus Yahya yang memberikan paparannya melalui rekaman video.
Melalui kecermatan dalam pola adaptasi terhadap globalisasi tersebut, maka tatanan dunia diyakini akan semakin membaik. Namun sebaliknya, jika negosiasi ini gagal, maka ketegangan-ketegangan baru bisa saja tak terhindarkan.
Isu Global dan Perdamaian Dunia
Dalam pelbagai forum dunia, Gus Yahya memang senantiasa menyurakan visi dan misi Islam yang rahmatan lil alamin. Sebelumnya, Gus Yahya bicara soal perdamaian global di tengah pandemi Covid-19 saat melawat ke Amerika Serikat pada 12 Juli 2021 lalu.
Dalam pernyataannya, Gus Yahya mengingatkan, walaupun dibayang-bayangi pandemi, masyarakat internasional tidak dapat menunda upaya mencari jalan keluar dari berbagai masalah yang tidak kalah mendesaknya, terutama terkait dengan ancaman konflik yang makin membahayakan di tingkat lokal, regional, dan global.
Yahya mengatakan dia diminta terlibat dalam pembicaraan menyangkut agenda IF20 (Inter Faith 20), yaitu agenda sandingan dalam KTT G-20 yang akan digelar pada September mendatang di Bologna, Italia.
Sebagai wakil dari Gerakan Global Islam untuk Kemanusiaan (Humanitarian Islam), Yahya akan menggelar KTT bersama Komunitas Masjid Muhammad atau dikenal juga sebagai The Nation’s Mosque, yaitu komunitas Muslim Afro-Amerika yang nenek moyang mereka diperbudak di Amerika sekian abad yang lalu.
KTT itu bertajuk Building a Global Alliance Founded Upon Shared Civilizational Values (membangun aliansi global berdasarkan nilai-nilai keadaban bersama).
Catatan lain, dalam kunjungan di AS, ketika dilaksanakan saat kegiatan konferensi oleh Hudson Institute, salah satu think tank terbesar di Amerika untuk mendiskusikan masalah-masalah terkait dengan stabilitas kawasan Indo-Pasifik.
"Saya akan mengusung gagasan-gagasan yang bersumber dari idealisme Nahdlatul Ulama, nilai-nilai Pancasila, serta pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD Tahun 1945," kata Yahya.
Yahya Staquf menuturkan visi kemanusiaan dalam idealisme NU dan fondasi NKRI mengandung inspirasi yang sangat dibutuhkan untuk mencari jalan keluar dari ancaman destabilisasi global yang paling berbahaya dewasa ini, yaitu konflik antar-identitas, baik etnik, agama, maupun ideologi sekuler.