PDIP Ingat Perjuangan Gus Sholah Utamakan Persatuan Bangsa
Wafatnya KH Salahudin Wahid, Minggu 2 Januari 2020 membuat sedih banyak pihak, tak terkecuali para politisi. Begitu pula PDI Perjuangan Kota Surabaya.
Ketua DPC PDIP Kota Surabaya Adi Sutarwijono mengatakan, PDIP Kota Surabaya sangat berduka atas wafatnya Gus Sholah. Ia berharap, semua amal baik, ilmu dan pelajaran yang ditinggalkan oleh Gus Sholah, bisa membuat almarhum diberikan tempat terbaik di sisi Tuhan YME.
Menurut Awi sapaan akrab Adi Sutarwijono, Gus SHolah merupakan sosok ulama teladan, yang sering menjadi suri tauladan bagi kader-kader PDI Perjuangan. Selain ulama teladan, Gus Sholah merupakan aktivis bangsa yang senantiasa mengayomi umat dalam berbagai hal.
Gus Sholah dianggap sebagai pejuang di segala lini. Pejuang pendidikan yang gigih mendidik umat agar senantiasa giat mencari ilmu. Serta berpegang teguh pada nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
Awi mengatakan, Gus Sholah bukan hanya seorang pendakwah saja, namun juga meninggalkan teladan literasi yang baik, di mana beliau adalah seorang penulis yang sangat produktif. Pemikirannya ditulis melalui buku maupun artikel di media massa. Bahkan, Gus Sholah yang juga rektor Universitas Hasyim Asyari masih sempat menulis pada akhir Januari lalu tentang refleksi hari lahir Nahdlatul Ulama.
“Tulisan beliau yang begitu bernas dan reflektif,” katanya.
Ketua DPRD Kota Surabaya itu mengatakan, dengan wafatnya Gus Sholah, bangsa Indonesia kehilangan satu lagi sosok teladan, yang jernih dalam memberi contoh kehidupan berbangsa dan bernegara.
Tak jarang, Gus Sholah kerap mencontohkan kiprah Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah sebagai dua organisasi massa Islam terbesar, yang selalu berdampingan tanpa konflik. Bahkan keduanya berkontribusi optimal untuk kemajuan Indonesia.
“Gus Sholah mengajak kita untuk mengutamakan persatuan ketimbang konflik, semata-mata demi kemajuan bangsa ini,” katanya.
Menurutnya, para petinggi bangsa Indonesia hari ini, harus meniru kiprah dari Gus SHolah. Meski berasal dari keluarga ulama besar (Pendiri NU), Gus Sholah selalu profesional dalam bekerja, apabila diberikan amanah kepadanya.
“Beliau tetap total bekerja. Misalnya, ketika beliau menjadi anggota Komnas HAM, dengan sejumlah tugas berat seperti memimpin TGPF (Tim Gabungan Pencari Fakta) untuk sejumlah kasus dugaan pelanggaran HAM. Beliau tetap profesional,” katanya.
Advertisement