Gus Mus Mengenang Budayawan Radhar Panca Dahana
Budayawan KH Mustofa Bisri atau akrab disapa Gus Mus, menyampaikan ucapan belasungkawa atas meninggalnya budayawan Radhar Panca Dahana. Gus Mus mengunggah foto kenangannya bersama Radhar Panca Dahana.
“Malam ini mendengar berita: satu lagi saudaraku yang baik, Radhar Panca Dahana pulang ke rahmat Allah. Pejuang kebudayaan yang tulus itu wafat di malam baik di bulan baik. Semoga Allah menerima segala amal baiknya dan mengampuni segala kesalahan-kesalahannya,” kata Gus Mus dikutip dari laman resmi NU, Jumat 23 April 2021.
Seperti diberitakan Ngopibareng.id sebelumnya, Radhar Panca Dahana meninggal dunia karena sakit jantung di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Selatan, pada Kamis 22 April 2021. Dia menghembuskan napas terakhir di usia 56 tahun.
Kabar berpulangnya Radhar Panca Dahana disampaikan melalui media sosial Facebook oleh kakak kandungnya, Radhar Tribaskoro. Selain itu, artis Olivia Zalianty juga mengunggah kabar duka itu di akun media sosialnya.
Menurut rencana, jenazah Radhar Panca Dahana disalatkan di Masjid Villa Pamulang usai salat Jumat, kemudian dimakamkan di Tanah Kusir, Jakarta Selatan.
Profil
Radhar Panca Dahana lahir di Jakarta, 26 Maret 1965. Nama Radhar merupakan akromim dari nama kedua orangtuanya, yakni Radsomo dan Suharti. Diaa anak kelima dari tujuh bersaudara yang seluruhnya juga mempunyai nama depan Radhar.
Dia menulis berbagai bentuk tulisan, mulai dari puisi, cerpen, hingga esai kritik sastra dan kebudayaan, hingga politik. Tulisan esainya itu terkumpul dalam karyanya yang berjudul Kebudayaan dalam Politik, Kritik pada Demokrasi (2015).
Radhar Panca Dahana menamatkan studi sarjananya di bidang sosiologi dari Universitas Indonesia (1993) dan magisternya di bidang yang sama di École des Hautes Études en Science Sociales, Paris, Prancis (2001).
Radhar Panca Dahana juga pernah menjadi pengajar di Pascasarjana Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Jakarta yang sekarang menjadi Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia).
Semasa hidupnya, Radhar tercatat menerbitkan sejumlah karya, antara lain buku berjudul Homo Theatricus, Menjadi Manusia Indonesia, Jejak Posmodernisme, Inikah Kita; Mozaik Manusia Indonesia, serta Dalam Sebotol Coklat Cair.
Radhar Panca Dahana juga mengeluarkan kumpulan puisi, antara lain, Simponi Duapuluh dan Lalu Waktu. Di samping itu juga kumpulan cerpen, antara lain Masa Depan Kesunyian, Ganjar dan Si Lengli, serta Cerita-Cerita dari Negeri Asap. Ia juga merilis kumpulan drama, antara lain Metamorfosa Kosong.
Soal penghargaan, Radhar Panca Dahana pernah meraih Paramadina Award pada 2005, serta menjadi Duta Terbaik Pusaka Bangsa dan Duta Lingkungan Hidup sejak 2004. Pada tahun 2007, ia menerima Medali Frix de le Francophonie 2007 dari lima belas negara berbahasa Prancis.
Pada 2018 lalu, Radhar Panca Dahana jadi satu dari para budayawan yang diundang ke Istana oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk memberi masukan perihal kondisi bangsa. Saat bertemu kepala negara, Radhar Panca Dahana menyebut bahwa kebudayaan harus menjadi fondasi bangsa. Dia menyebut, bahwa pembangunan yang dilakukan negara harus tetap meluhurkan kemanusiaan.
"Pak Presiden sangat menyadari bahwa fondasi fundamennya kebudayaan. Fondasi dari kebudayaan adalah pembangunan manusia. Bagaimana caranya pembangunan meluhurkan kemanusiaan," ujarnya kala itu.