Gus Maksum: Pagebluk Corona, Pemerintah Abaikan Perut Rakyat
Forum Silaturahmi Gawagis Nusantara, menilai pemerintah tidak melakukan sesuatu yang signifikan untuk menghadapi pagebluk virus Corona, Covid-19. Pemerintah hanya sibuk ngomong di media untuk melakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) namun abai dalam memikirkan perut rakyat.
"Mereka sibuk seolah-olah social distancing dan pembatasan lain adalah segalanya. Tapi mereka tidak memikirkan hajat hidup orang banyak," kata Ketua Forum Silaturahmi Gawagis Nusantara, KH Maksum Faqih (Gus Maksum), Jumat, 1 Mei 2020.
Pengasuh Pondok Pesantren Langitan, Tuban ini mengatakan, masyarakat juga butuh pekerjaan. Tiap hari, mereka butuh makan. Tidak mungkin masyarakat dibatasi pergerakkannya namun tidak ada solusi apapun untuk kebutuhan sehari-hari.
Gus Maksum mencontohkan, para pekerja harian yang mengandalkan transportasi umum. Saat ini kesulitan mendapatkan transportasi karena banyaknya kendaraan yang menghentikan usahanya. "Kemarin saya melihat sendiri, pekerja yang menunggu bus untuk pulang, dari siang, sampai magrib harus berbuka di trotoar, sampai isyak sampai malam busnya ndak datang-datang juga," ujarnya.
Bagaimana pula nasib tukang becak yang tidak bisa lagi bekerja akibat pembatasan sosial. Tukang becak, kata Gus Maksum, tentu berbeda dengan angkutan online yang setidaknya masih memiliki kendaraan bermotor. Tukang becak tidak mungkin menggadaikan becaknya karena tidak akan ada yang mau. Lantas darimana tukang becak ini harus mendapatkan makan jika menarik becak dilarang?
Yang lebih parah, kata Gus Maksum, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota ternyata juga tidak melakukan tindakan yang kongkrit. Mereka hanya sibuk menghitung jumlah positif Corona, namun menutup mata berapa sejatinya korban riil yang tidak bisa makan akibat kebijakan imbas Corona ini.
Gus Maksum juga menyayangkan pesantren sejauh ini ternyata tidak pernah diajak ngomong. Padahal pesantren memiliki ribuan santri. Juga rentan tertular corona. Harusnya bisa diajak bicara dan diberikan solusi langkah yang harus dihadapi.
"Pesantren dibiarkan untuk melawan Corona sendiri. Padahal pesantren juga harus merawat lingkungan sekitar. Pesantren juga harus membantu warga sekitar pondok," kata Gus Maksum.
Warga sekitar pesantren yang mayoritas merupakan warga kurang mampu, saat ini juga menunggu bantuan dari pemerintah yang katanya akan segera dibagikan. Entah kapan bantuan itu datang. Yang pasti pengasuh pesantren dan para gawagis saat ini harus sibuk menenangkan warga di bawah.
"Mungkin sekarang warga masih bisa sabar karena Ramadhan. Tapi kalau lapar warga lama dibiarkan. Kami kawatir akan terjadi gesekkan. Kalau sudah ada gesekan di bawah siapa yang bisa menenangkan? ujungnya tetap para Kiailah yang nanti pasti dijadikan garda di depan," ujar Gus Maksum.
Karenanya, dalam kesempatan ini, Gawagis mendesak pemerintah melakukan tindakan nyata untuk membantu ekonomi masyarakat. Pesantren juga harus dilibatkan karena pesantrenlah garda terdepan yang dekat dengan masyarakat.
"Saya pengen melihat langkah yang nyata dari pemerintah. Bagaimana orang mau sehat kalah makan saja susah, hatinya nelongso terus. Kalau masyarakat kenyang, tidak usah dilarang pasti mereka akan nurut dan tetap di rumah," kata dia.