Gus Khoirul Amin, Figur Istiqomah Urusi Ribuan Santri
KH M Khoirul Amin, Pengasuh PP. Nurul Huda Singosari Malang, telah menghadap ke Rahmatullah, Senin 24 Februari 2020. Banyak kenangan terhadap figur sederhana ini.
"Innaa lillahi wa innaa ilaihi raji'un. Telah berpulang ke rahmatullah guru kita Gus KH M Khoirul Amin, Pengasuh PP. Nurul Huda Singosari Malang. Semoga husnul khatimah. Amin," tutur Rais Syuriah PCI NU Tiongkok, KH Imron Rosyadi Hamid.
Untuk memperjelas kenangan itu, aktivis sosial yang juga Pengasuh Pesantren Misykat Al-Anwar, Roy Murtadho memberikan kesan-kesannya berikut:
Turut berduka teramat dalam atas kabar wafatnya KH. M Khoirul Amin (Pengasuh PP. Nurul Huda Singosari, Malang, Jawa Timur) yang akrab kami sapa Gus Irul. Saya merasa jarak usia saya tidak terpaut terlalu jauh dengannya.
Beliau pribadi yang santun, saleh dan humoris. Dulu ketika di pesantren, saya sering diajak guyon dan ngobrol membahas banyak hal di kamar 5 lantai 2 kompleks Madrasah Huffadz Krapyak. Tak jarang nanya-nanya saya tentang buku atau novel yang tengah saya baca.
Pernah suatu ketika saya didukani (dalam bahasa Indonesia, saya mengartikannya: ditegur keras) pak Kiai Najib guru kami. Tak hanya saya, banyak sekali santri yang dianggap ada masalah dengan ngaji dipanggil ke ndalem beliau.
Giliran saya ditanya beliau, kenapa saya setoran hafalan sudah hampir sebulan nggak nambah sama sekali cuman berhenti di juz 20. Dan bahkan telah beberapa bulan jarang kelihatan ngaji? Saya jawab spontan, "ngapunten Kiai, saya sedang khataman Novel Pram dan Mangunwijaya".
Mendengar jawaban saya. Yai Najib membalas dengan nada agak tinggi, "lha sampean di sini mau khataman Qur'an atau khataman Novel!" Entah saya lupa apa percakapan sesudahnya yang jelas Gus Irul menahan tawa mendengar jawaban konyol saya. Dan sesudah itu Ia selalu punya cara untuk gojloki (ngecengin) saya.
Meski begitu gara-gara kasus khataman Novel yang saya lakukan. Gus Irul banyak ngajak ngobrol saya soal penulis dan karyanya seperti Pram, Mangun, Gorky dls, yang sedang saya baca. Padahal seingat saya Gus Irul waktu itu baru pulang belajar dari Arab.
Saya sudah lama sekali tidak jumpa dengannya. Sebagai kiai pengajar yang masih muda Gus Irul tergolong kiai yang istiqamah mengurusi ribuan santrinya. Terakhir beliau mengundang saya untuk mampir ke ndalemnya kalau kebetulan saya di Malang tapi sayang belum kesampaian.
Gus saya masih ingat caramu tersenyum dan tertawa. Panjenengan orang baik yang rendah hati. Panjenengan orang yang selalu membesarkan hati kawannya. Banyak santri yang ingin melayani tapi panjenengan memilih mandiri, (sampai di pesantren bawa kompor mini).
Semoga amal ibadah panjenengan diterima disisi-Nya, Aamiin.
Dipetik dari akun facebook Roy Murtadho, Selasa, 25 Februari 2020.
Advertisement