Gus Ipul, Sedih itu Tak Akan Lama
Jawa Timur punya pemimpin baru. Khofifah Indar Parawansa segera mengisi rumah di Gedung Grahadi. Setelah dilantik Presiden Joko Widodo di Istana Negara.
Warga Jatim juga akan punya Ibu Wakil Gubernur yang cantik. Arumi Bachsin. Istri Wakil Gubernur Emil Dardak. Yang berpeluang menjadi Ketua PKK Jawa Timur.
Mantan artis dan sosialita ini akan menjadi ibunya emak-emak di provinsi ini. Begitulah kebiasaan jika gubernurnya perempuan. Ketua PKK diisi istri wakilnya.
Kemenangan Khofifah memberi satu pelajaran. Jangan pernah menyerah dalam mencapai tujuan. Dua kali kalah tidak harus berhenti berjuang. Itulah yang terjadi pada Ketum PP Muslimat ini.
Karena itu, selamat datang untuk Gubernur baru. Selamat berkarya wakil gubernur yang lima tahun ke depan menjadi pendampingnya.
Lalu bagaimana dengan yang kalah, Saifullah Yusuf alias Gus Ipul dan Puti Guntur Soekarno atau Mbak Puti?. Yang disebut terakhir kini sedang bertarung lagi. Memperebutkan kursi DPR RI.
Gus Ipul yang belum pasti. Meski ia telah legowo dengan kekalahan, tapi saya tahu betul kini sedang bertarung dengan suasana hati. Meski berusaha ditutupi, rasa pedih tak mungkin dihindari.
Dalam politik, kalah dan menang biasa. Apalagi untuk Gus Ipul yang memang tumbuh dan besar sebagai politisi. Dari aktifis menjadi menteri. Terus wakil gubernur dua kali.
Gus Ipul selalu menyikapi demikian. Di beberapa tempat secara terbuka pamit kepada para pendukungnya. Tak lupa meminta mereka mendukung gubernur barunya.
Saya mengenal cucu salah satu pendiri NU ini sejak mahasiswa. Saat berjuang bersama-sama. Tahu saat ia masih berjibaku dengan hidupnya. Sampai kemudian menjadi politisi handal sampai sekarang.
Ketika ia diganti di tengah jalan sebagai menteri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, saya ikut menghiburnya. Bersama Yahya Cholil Staquf kami bersama-sama pelesir ke luar negeri.
Sampai ia menemukan jalan kembali ke jabatan politik. Dengan menjadi wakil gubernur Jatim dua periode. Selama 10 tahun menjadi pasangan gubernur yang abadi. Hingga dia harus bertarung sendiri di Pilgub kali ini.
Saya menjadi saksi bahwa ia bersungguh-sungguh berjuang keras sendirian. Untuk memenangkan pertarungan. Namun, tak banyak yang diharapkan. Karena mereka yang sudah janji bersama pun tak punya kepedulian.
Gus Ipul, sungguh saya tahu rasanya kalah. Tapi itu tidak begitu menyesakkan ketika kita meniatinya dengan benar. Kalah saat memperebutkan kepercayaan rakyat untuk memimpin mereka.
Saya tahu pasti, untuk beberapa saat Gus Ipul pasti merasa sepi. Saat tak menjadi pejabat lagi. Ketika kekuasaan tak melekat di badan. Sebab, banyak orang yang mendekat saat kita punya kekuasaan.
Mulai hari ini, Gus Ipul pasti akan merasa sendirian. Ketika perangkat yang melekat dengan jabatan harus dilepaskan. Juga segala fasilitas negara yang selama ini disediakan.
Karena itu, saya berusaha menghindar untuk hadir saat ia tinggalkan rumah dinas yang selama ini ditempati. Untuk kembali ke rumah milik pribadi.
Tapi saya yakin itu tak akan lama. Sebab, Gus Ipul masih punya banyak teman. Yang selama ini berkawan tanpa mempedulikan jabatan.
Kalau saya datang pasti akan ikut terbawa suasana hati. Menyaksikan seorang kawan yang harus menjadi orang biasa setelah sekian lama menjadi pejabat negara.
Tapi Gus Ipul, kekalahan bisa juga tetap happy. Tetap gembira jika tepat dalam menyikapi. Sebab, saat kalah, kita menjadi tahu yang benar-benar kawan atau yang hanya ingin memanfaatkan.
Kesepian Gus Ipul pasti tak akan lama. Seperti berkali-kali dia deklarasikan diri sebagai politisi. Jika manusia mati hanya sekali. Politisi bisa mati berkali-kali. Mati dan hidup lagi.
Kali ini Gus Ipul harus meninggalkan ruang kerjanya di Gedung Grahadi. Penghuni baru ganti menempati. Tapi amanah baru pasti segera menanti. Jika kekalahan kali ini dihadapi dengan senang hati.
Terima kasih Gus Ipul. Sepuluh tahun telah memberi warna dinamika politik Jatim. Ayo tinggalkan Grahadi dengan happy.
Selamat bekerja Mbak Khof dan Mas Emil. Jatim Sejahtera semoga bisa kita rasakan bersama. (arif afandi)